REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Seorang siswa Muslim Australia dituduh sebagai pengikut dari kelompok radikal setelah ia mengenakan jubah panjang. Tuduhan tersebut mendapatkan penanganan serius dari berbagai pihak untuk melindungi siswa tersebut.
"Sebagai konsekuensinya, kepala sekolah bekerja sama dengan keluarga, masyarakat sekolah dan pemimpin budaya untuk memastikan semua kekhawatiran diselesaikan,” ujar Departemen Pendidikan Queesland menanggapi keluhan yang dituduhkan karena jubah panjang siswa di sekolah tinggi Runcorn.
Mereka menjelaskan sekolah akan menangani hal ini karena ingin memastikan semua siswa merasa diterima dan didukung. Tidak ada sikap diskriminasi yang tersebar di kalangan siswa meski ia berbeda dengan lainnya.
Departemen pendidikan membuat komentar ini setelah Dewan Islam Queensland (ICQ) mengajukan keluhan dengan komisaris antidiskriminasi Queensland atas penyalahgunaan yang dihadapi seorang siswa Muslim.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis lalu, ketika seorang anak 16 tahun di sekolah tinggi negara Runcorn di Brisbane ditanya oleh guru apakah ia mencoba meniru penyerang peristiwa 9/11 ketika ia mengenakan jubah panjang untuk seragam olahraga. Dia mengenakan pakaian itu di sebuah acara yang memperbolehkan menggenakan baju bebas.
Ketika dibawa ke Kepala Sekolah Roger Atkins, siswa ini diberitahu ia berpakaian tidak tepat, dan diminta kembali ke rumah untuk mengganti pakaiannya.
Setelah kejadian tersebut, siswa tersebut memberikan laporan keluahannya kepada ICQ dan mendapatkan perlindungan langsung dari komisaris antidiskriminasi Kevin Coocks.
Sebuah survei nasional baru-baru menemukan seperempat dari populasi Australia memiliki sikap negatif terhadap umat Islam. Survei tersebut menemukan orang di atas usia 65 dan di bawah 11 adalah yang paling mungkin menjadi sangat toleran terhadap Muslim. Tidak seperti orang-orang muda, dengan usia antara 18 dan 44 tahun yang memiliki pendapat negatif terhadap Muslim.