REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Dari negara ke negara, pengungsi Suriah Josef Majade memintal jalan ke Eropa bersama keluarga kecilnya untuk menghindari kematian di negara asal.
Tapi, harapan keluarga kecil ini untuk memperoleh perlindungan di Eropa penuh aral dan duka. Mencapai Hungaria, Josef tidak bisa melanjutkan perjalanan setelah terpisah dari tiga anggota keluarganya dalam sebuah perjalanan berbahaya.
"Beberapa hari saya kedinginan, dan saya bertanya-tanya apakah mereka kedinginan," tutur Josef Majade kepada Washington Post, dilansir dari OnIslam, Selasa (15/9).
Situasi jauh berbeda dibanding dua pekan lalu ketika ia masih berada di rumahnya di Damaskus. Dia ingat, kala itu temannya mengetuk pintu dan menyuruhnya untuk berhati-hati sepanjang perjalanan.
Terpisah dari istri, putrinya yang berusia 13 tahun, dan putra bungsunya yang baru menginjak lima tahun, ia tidak bisa bergerak melanjutkan perjalanan ke Jerman. Selama empat hari, Josef menunggu. Menekan dingin dengan duduk menghadap ventilasi pemanas di stasiun kereta api Keleti di ibu kota Hungaria, Budapest.
"Bagaimana saya bisa memulai hidup baru tanpa mereka? Saya merasa begitu malu," kenang lelaki itu.
Dekat dengan stasiun kereta api Keleti, relawan bekerja di tenda-tenda membawakan sedikit kegembiraan dengan permainan musik dari gitaris lokal dan krayon untuk anak-anak. Banyak mimpi pengungsi Suriah berubah setelah terpisah dari keluarga mereka. Pejabat polisi di dekat perbatasan tidak tahu berapa banyak keluarga telah terpisah.
"Kami tidak tahu di mana mereka berada. Otoritas Imigrasi sudah terlalu kewalahan untuk melacak mereka," kata Zsuzsanna Zohar, juru bicara Migrasi Aid, sebuah organisasi yang membantu para pengungsi di stasiun kereta.