Selasa 15 Sep 2015 15:12 WIB

Cina Bangun Landasan Ketiga di Laut Cina Selatan

Rep: Gita Amanda/ Red: Teguh Firmansyah
Kapal keruk Cina terlihat di perairan sekitar Karang Mischief di Kepulauan Spartly, Laut Cina Selatan. Cina diduga sedang membangun landasan udara ketiga.
Foto: reuters
Kapal keruk Cina terlihat di perairan sekitar Karang Mischief di Kepulauan Spartly, Laut Cina Selatan. Cina diduga sedang membangun landasan udara ketiga.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang ahli dari Amerika Serikat, Senin (14/9), mengatakan, Cina tampaknya sedang mempersiapkan pembangunan landasan pesawat ketiga di wilayah sengketa Laut Cina Selatan. Kesimpulan itu diperoleh dengan melihat foto satelit yang diambil pekan lalu.

Berdasarkan foto-foto yang diambil lembaga strategis Pusat Strategi dan Internasional Washington (CSIS) pada 8 September, tampak rencana pembangunan di Karang Mischief yang merupakan salah satu dari tujuh pulau buatan Cina.

Gambar menunjukkan adanya dinding penahan di area sepanjang 3.000 meter. Menurut Direktur Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) CSIS, Greg Poling, pembangunan itu menunjukkan kesamaan dengan dua konstruksi serupa di Subi dan Fiery Cross, di Pulau Spartly. Pekerjaan itu seperti menunjukkan persiapan pembangunan landasan pacu.

Dari foto satelit yang diambil akhir Juni, Cina hampir menyelesaikan landasan sejauh 3.000 meter di Fiery Cross. Poling menambahkan, dari foto satelit lainnya yang diambil pekan lalu turut menunjukkan aktivitas pekerjaan di Karang Subi yang akan menjadi landasan sepanjang 3.000 meter.

"Dan kami telah melihat beberapa pekerjaan lain, seperti beberapa pembangunan yang tampaknya untuk fasilitas pelabuhan kapal," ujarnya.

Menurut Poling, landasan baru di Karang Mischief sangat mengkhawatirkan bagi Filipina yang selama ini menjadi salah satu seteru Cina di Laut Cina Selatan. Pembangunan landasan juga akan memungkinkan Cina melakukan patroli lebih luas di wilayah Reed Bank, tempat Filipina telah lama mengeksplorasi minyak dan gas. Filipina belum berkomentar terkait hal ini.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement