REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Para pemimpin Muslim di Australia optimistis dalam membangun hubungan baik dengan Perdana Menteri baru, Malcolm Turnbull setelah tertekan selama dua tahun di bawah kepemimpinan Tony Abbott.
Mereka berharap Turnbull bisa mengatur ulang hubungan pemerintah dengan komunitas Muslim Australia.
Sejak Abbott terobsesi menangkal radikalisme, hubungan pemerintah dengan organisasi Muslim mulai goyah. Imam besar Australia, Ibrahim Abu Mohamed sempat mengatakan ia kecewa pada Abbott dan menyarankannya bekerja di bidang lain selain politik.
Pada Rabu (16/9), juru bicara dewan Islam Victoria, Kuranda Seyit, mengatakan Turnbull memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan Abbott. "Ia progresif dan memiliki pikiran yang terbuka untuk berhubungan dengan komunitas Muslim di banyak level intelektual," kata Seyit, dikutip Guardian.
Ini juga memungkinkan untuk membuka lebih banyak dialog antara pemerintah dengan komunitas Muslim. Turnbull, tambahnya, berpikir out of the box dan hal itu bagus untuk multikultural.
Seyit mengakui Abbott fokus pada keamanan nasional sebagai salah satu proyek besar. Namun hal tersebut seharusnya tidak mengorbankan komunitas Muslim. Ia berharap Turnbull bersikap lebih baik meski tak perlu dalam waktu cepat.
Asosiasi perempuan Muslim Australia melalui Silma Ihram mengatakan hubungan pemerintah Abbott dengan organisasi Muslim tidak terlalu banyak. Ia berharap Turnbull berbeda dari sisi kecerdasan dan kemampuan berbicara pada banyak orang.
"Kami cenderung merasa ia lebih baik, tapi kami hanya bisa menunggu dan melihat," kata Ihram.
Ia mengaku telah menyusun surat ucapan selamat pada Turnbull sebagai PM baru dan memintanya melihat kembali undang-undang antiterorisme yang dirasa merugikan penduduk Muslim.