Kamis 17 Sep 2015 16:45 WIB

Saudi Tolak Pembagian Waktu Yahudi dan Islam di Al-Aqsa

kondisi masjid al aqsa tampak rusak usai penyerangan militer isarel
Foto: dok. daarul quran
kondisi masjid al aqsa tampak rusak usai penyerangan militer isarel

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi menyatakan rasa kekecewaannya dan mengecam Israel atas kekerasan di Masjid Al-Aqsa. Aksi Israel dinilai merusak kesucian Masjid Al-Aqsa.

Sumber pejabat seperti dikutip Al-Arabiya, Kamis (17/9), mengatakan, Arab Saudi akan meminta pertangungjawaban penuh Israel atas setiap konsekuensi dari tindakan mereka yang bisa mendorong kekerasan dan ekstremisme.

Saudi juga menilai apa yang terjadi beberapa hari ini di Al-Aqsa bertentangan dengan prinsip menjaga stabilitas. Aksi itu juga  melanggar hukum internasional yang sebelumnya telah disepakati ihwal pengelolaan Al-Aqsa.

Saudi juga menolak wacana pembagian waktu antara Yahudi dan Muslim dalam beribadah di kiblat pertama Islam itu. Kebijakan ini dianggap hanya akan memicu kekerasan. Kerajaan juga meminta komunitas Internasional untuk mengambil langkah serius yang bisa memaksa Israel menghentikan serangan polisi ke situs suci itu.

"Raja Salman telah menginformasikan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, bahwa ia telah melakukan kontak dengan pemimpin dunia, dan telah meminta Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Juberi mengambil langkah yang dibutuhkan untuk melindungi Al-Aqsa," tulis kantor berita WAFA.

Polisi Israel memasuki Masjid Al-Aqsa, dan melepaskan tembakan peluru karet ke arah jamaah baru-baru ini. Tak hanya itu, mereka juga melemparkan gas air mata dan granat kejut. Israel mengklaim tindakan itu untuk menyasar warga Palestina yang hendak menyerang turis Yahudi.

Berdasarkan perjanjian terdahulu, hanya umat Islam yang boleh beribadah di Al-Aqsa. Adapun Yahudi boleh datang, namun hanya sebatas kunjungan.

sumber : Al Arabiya
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement