REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Bulgaria mengerahkan hingga 1.000 pasukan mulai Kamis (17/9) untuk membantu menjaga perbatasan dengan Turki di tenggara.
"Kami berencana untuk memulai pengerahan bertahap hingga 1.000 tentara di sepanjang perbatasan Bulgaria-Turki (dalam pekan depan)," kata kepala staf kementerian dalam negeri Georgy Kostov.
Langkah tersebut diambil akibat meningkatnya tekanan imigran di perbatasan ketika sebanyak 660 imigran berupaya menyeberang masuk ke Bulgaria secara ilegal. Para pelintas batas itu terlihat oleh patroli Bulgaria, yang kemudian memberitahukannya kepada otoritas Turki dan mereka digiring balik ke Turki.
Negara anggota Uni Eropa itu sudah mengirimkan lebih dari 1.000 polisi tambahan ke perbatasan Turki sepanjang 260 km, dan menutup sebagian dengan pagar kawat berduri sepanjang 30 km.
Rencana yang melibatkan patroli gabungan polisi-tentara di perbatasan itu disetujui oleh Perdana Menteri Boyko Borisov dan mulai berlaku sejak Kamis pagi.
Menteri Pertahanan Nikolay Nenchev mengatakan kepada stasiun radio BNR kelompok pertama yang terdiri atas lebih dari 50 tentara sudah dalam perjalanan, dan sebanyak 160 lainnya akan menyusul pada Kamis petang.
"Kami memiliki kapabilitas untuk mengerahkan hingga 1.000 orang saat ini. Anda tidak pernah bisa memperkirakan arah mana yang akan diambil para pengungsi itu. Kami tidak tahu dimana massa ini akan menumpuk. Jika satu negara memutuskan untuk menutup perbatasannya, mereka pergi ke perbatasan lain. Jadi kami bersiap," kata Nenchev.
Ratusan imigran selama tiga hari masih terlantar di kota Edirne di barat laut Turki, Kamis, setelah polisi mencegah mereka mencapai pos perbatasan dengan Yunani dan Bulgaria.