REPUBLIKA.CO.ID, IRVING -- Senin lalu, guru di Irving Independent School District di Irving, Texas, memanggil polisi untuk menahan siswanya Ahmed Mohamed (14 tahun).
Ahmed ditahan karena kesalahpahaman. Dia membawa jam elektronik buatannya yang dikira bom oleh gurunya. Penahanan tersebut tidak seharusnya terjadi.
Paling tidak sekolah menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Ahmed karena telah mempermalukan dan menerornya. Peristiwa tersebut juga bisa dijadikan momen untuk mendiskusikan rasisme dan profil seseorang.
Namun, bukan itu yang terjadi. Sekolah, meski menyadari itu adalah jam karya siswanya, justru memberi sanksi Ahmed selama tiga hari dan mengirim surat kepada para orang tua, Selasa (15/9).
Dalam surat tersebut, sekolah tidak mengakui kesalahannya padahal sekolah tahu itu hanyalah jam bukan bom seperti yang dikira guru teknik. Bahasa yang digunakan dalam surat juga disampaikan dengan nada bahasa yang tidak berempati.
Dalam surat itu, menurut sekolah Ahmed bersalah karena melanggar kode etik siswa. Sekolah juga meminta siswa segera melapor benda atau perilaku mencurigakan.
"Tidak ada ancaman terhadap komunitas sekolah. Kami ingin anda menyadari Kepolisian Irving menanggapi benda yang mencurigakan di sekolah," ujar sekolah dalam suratnya, dikutip vox, Rabu (16/9).
Hal ini mengerikan, pejabat sekolah masih berpikir dengan cara ini bahkan setelah penangkapan mereka terungkap sebagai kesalahan yang buruk, tetapi mereka mengatakan sekolah ingin mengumumkan fakta ini kepada orang tua siswa.
"Sekolah kami bekerja sama sepenuhnya dengan penyelidikan polisi yang sedang berlangsung, dan kami menangani situasi sesuai dengan Kode Etik Siswa dan hukum yang berlaku. Kami pastikan kami akan selalu mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga sekolah seaman mungkin. Kami akan selalu mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi siswa kami," katanya.