Jumat 18 Sep 2015 18:58 WIB

Imigran Terus Mengalir Meski Kroasia Tutup Perbatasan

 Keluarga imigran berjalan di perbatasan antara Serbia dan Kroasia dekat Kota Tovarnik, sebelah timur Kroasia, Rabu (16/9).
Foto: AP/Matthias Schrader
Keluarga imigran berjalan di perbatasan antara Serbia dan Kroasia dekat Kota Tovarnik, sebelah timur Kroasia, Rabu (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SID -- Imigran terus mengalir melalui ladang dari Serbia menuju Uni Eropa tak terhalang penutupan hampir semua jalan perbatasan oleh Kroasia setelah lebih dari 11 ribu pengungsi masuk negara itu, Jumat (18/9).

Polisi Kroasia yang tidak sanggup menghentikan arus masuk pendatang mengepung mereka di stasiun kereta Tovarnik di perbatasan sisi Kroasia, tempat ribuan pendatang bermalam dengan beratapkan langit. Beberapa di antaranya terus berjalan dan berhasil mencapai Slovenia dalam semalam.

Imigran selama dua hari belakangan mengalir ke Kroasia, sesudah jalan mereka menuju Eropa barat melalui Hungaria ditutup dengan pagar besi, terancam penjara dan polisi antihuru-hara menembakkan gas airmata serta meriam air pada Rabu untuk mengusir mereka.

Ratusan orang berhasil mengelak dari polisi Kroasia, berjalan melintasi ladang, dan mencapai perbatasan dengan Slovenia menggunakan kereta api pada Kamis.

Hanya pintu lintasan Bajakovo di jalan raya antara Beograd dan Zagreb, sepertinya yang terbuka untuk lalu lintas. Slovenia menghentikan semua lalu lintas kereta api di jalur utama dari Kroasia.

Sekitar 150 imigran terjebak sepanjang malam di stasiun kereta api Dobova di perbatasan sisi Slovenia. Polisi awalnya mengatakan mereka akan dikirim balik, namun kemudian kereta melaju ke kota Postojna, sekitar 50 km baratdaya ibu kota Ljubljana tempat keberadaan pusat pengungsi.

Slovenia, tidak seperti Kroasia, merupakan anggota kawasan perbatasan terbuka Eropa. Slovenia mengatakan telah mengusir balik hampir 100 imigran yang mencoba melintas dari Kroasia dengan menyamar pada malam hari.

Dua negara bekas republik Yugoslavia itu tiba-tiba menjadi jalur migrasi ke barat untuk menghindari perang dan kemiskinan di Timur Tengah, Afrika dan Asia. Besarnya skala imigrasi itu menimbulkan perselisihan dan saling tuduh di antara negara-negara Uni Eropa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement