REPUBLIKA.CO.ID, HARMICA -- Polisi Slovenia menggunakan gas air mata untuk membubarkan kelompok migran yang ingin melewati perbatasan menuju Slovenia, Jumat (18/9) malam.
Insiden itu terjadi di Perbatasan Harmica saat ratusan migran menuntut agar diizinkan memasuki Slovenia. Setelah lebih dari satu jam tegang, polisi anti huru-hara menggunakan gas air mata untuk menghentikan migran.
Aparat keamanan yang menjaga perbatasan juga terlibat saling dorong dengan para pengungsi yang ingin masuk. Bentrokan terjadi hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Slovenia Miro Cerar mengumumkan Slovenia mungkin mempertimbangkan membuat lorong yang aman bagi para pengungsi yang ingin mencapai Eropa Utara jika mereka terus berdatangan dalam jumlah besar.
‘’Jika tekanan pengungsi di perbatasan menjadi terlalu kuat, Slovenia tentu akan membahas koridor atau terowongan dan semua negara mungkin akan terlibat,’’ kata Cerar dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasional negara seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Sabtu (19/9).
Pihak berwenang Slovenia mencatat lebih dari 1.000 pengungsi yang telah memasuki negara hingga Jumat. Sementara lebih dari 700 jiwa migran masih di Perbatasan Obrezje yang terletak sekitar 20 kilometer (13 mil) timur Zagreb, Kroasia, menunggu untuk diizinkan masuk.
"Pengungsi terus tiba sehingga sangat sulit untuk memiliki data jumlah yang tepat," kata juru bicara polisi Slovenia Alenka Drenek.
Sebelumnya, Slovenia menghentikan semua lalu lintas kereta api antarnegara dengan Kroasia sejak Kamis (17/9). Langkah ini dilakukan setelah sekitar 150 migran yang naik kereta dari Kroasia mencoba untuk memasuki Slovenia.