REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Sabtu (19/9) berikrar untuk meningkatkan perekonomian yang rapuh di negaranya dalam upaya mempertahankan warganya yang ingin bermigrasi ke negara-negara industri di Eropa dan tempat lainnya.
"Saya sadar situasi buruk warga Afghanistan di Yunani, Balkan atau mereka yang mencari perlindungan di Australia atau negara-negara lainnya," kata Ghani kepada televisi Tolo News.
Setelah Suriah, imigran asal Afghanistan menjadi rombongan nasional terbesar ke dua yang membanjiri Eropa, dengan lebih dari 50 ribu warga Afghanistan melakukan perjalanan sejak awal tahun ini, menurut badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Konflik berdarah yang berawal dari tersingkirnya rezim Taliban pada 2001, korupsi dan kurangnya prospek ekonomi merupakan faktor utama yang mendorong warga Afghanistan meninggalkan tempat tinggal mereka.
Ghani menegaskan ada alasan untuk memiliki harapan di Afghanistan, merujuk kepada proyek-proyek pertanian dan prakarsa-prakarsa lainnya untuk meningkatkan perekonomian.
Hal itu termasuk pembangunan ambisius pipa gas TAPI sepanjang 1.800 kilometer, yang nantinya akan menghubungkan Turkmenistan ke India, Pakistan dan, Afghanistan.
"Ini semua akan membantu menciptakan lapangan pekerjaan," kata Ghani.
Setelah satu dekade pertumbuhannya menyentuh dua digit, ekonomi Afghanistan telah mengalami penurunan sejak 2013, terhambat oleh kekhawatiran atas pemilihan umum yang akhirnya membawa Ghani berkuasa dan penarikan sebagian besar pasukan NATO pada akhir 2014.