Senin 21 Sep 2015 22:00 WIB

Pasukan Koalisi Serang Pawai Pemberontak Yaman

Koalisi Arab Saudi terus menggempur Sanaa, Yaman dari udara menyusul tewasnya puluhan tentara oleh kelompok Houthi, Ahad (6/9).
Foto: press tv
Koalisi Arab Saudi terus menggempur Sanaa, Yaman dari udara menyusul tewasnya puluhan tentara oleh kelompok Houthi, Ahad (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pesawat-pesawat tempur yang dipimpin Arab Saudi menghantam posisi pemberontak di Sanaa pada Senin saat para pemberontak mengadakan pawai massal untuk merayakan ulang tahun pertama mereka setelah menguasai ibu kota Yaman.

Meskipun selama enam bulan dari serangan udara koalisi untuk mendukung Presiden di pengasingan Abedrabbo Mansour Hadi, diperluas menjadi operasi darat pada akhir Juli lalu, para pemberontak masih menguasai banyak wilayah di utara dan tengah negara itu.

Mereka menyerbu ibu kota setahun yang lalu dengan dukungan dari pasukan pemberontak yang masih setia kepada presiden pendahulu yang digulingkan oleh Hadi, yaitu Ali Abdullah Saleh. Serangan udara sebelum fajar di Sanaa menargetkan pendukung Saleh serta pemberontak Syiah Houthi, kata saksi-saksi.

Salah satu serangan menargetkan rumah seorang anggota parlemen terkemuka, Ahmed al-Kahlani dari Partai Kongres Rakyat Umum yang dipimpin mantan Presiden Saleh, kata saksi-saksi. Serangan lainnya menargetkan gudang senjata di timur ibu kota yang dikendalikan oleh unit tentara pro-Saleh.

Saleh sendiri adalah seorang Syiah, namun aliansi Houthi menyatakan bahwa penggulingan Saleh secara luas dapat dilihat sebagai penggabungan sesuatu yang dapat dimanfaatkan karena mereka telah memimpin pemberontakan melawan pemerintahan sebelum penggulingan Saleh setelah terinspirasi dari pemberontakan berdarah "Arab Spring" pada 2011.

Para pemberontak menyerukan pendukung mereka untuk turun dalam jumlah besar menandai ulang tahun penguasaan mereka atas Sanaa dan "membuktikan kepada dunia bahwa orang-orang telah berpihak kepada kepimpinanan revolusi".

Para pemberontak telah kehilangan lima provinsi di wilayah selatan atas pasukan yang setia kepada presiden yang diasingkan sejak Juli lalu dan sedang berjuang melakukan serangan di Provinsi Marib, sebelah timur dari ibu kota.

Namun, saat Perdana Menteri Khaled Bahah kembali dari pengasingan ke kota utama di selatan, Aden pada pekan lalu, ia mengakui bahwa pemerintahnya masih menghadapi tantangan, bahkan di wilayah selatan. "Tantangan ke depan adalah bagaimana mempersiapkan diri untuk mempertahankan kota ini dan provinsi-provinsi terdekatnya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement