REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Walau sudah dipenuhi dengan kesibukan sehari-hari dengan keluarga besar, pasangan asal Adelaide, Australia Georgina Goodrich dan James Rundle mendaftarkan diri untuk menampung pengungsi asal Suriah di rumah mereka.

Padahal mereka sudah memiliki tiga anak dan dua orang tua yang tinggal bersama dengan mereka. Namun, mereka mengatakan membiarkan salah satu kamar di rumah mereka untuk pengungsi Suriah akan memberikan dampak positif.

Rundle dan Goodrich menjadi pasangan pertama di Adelaide yang mendaftarkan diri bagi relawan rumah bagi pengungsi.

Inisiatif ini dikoordinir oleh VolunteeringSA untuk memberikan akomodasi sementara bagi pengungsi asal Suriah yang akan ditempatkan di negara bagian tersebut.

Awal September, Tony Abbott yang ketika itu masih menjadi perdana menteri mengumumkan Australia akan menerima 12 ribu pengungsi tambahan dari Suriah dan Irak.

Goodrich mengatakan keluarganya pasti akan mendapat manfaat dari  kedatangan para pengungsi itu karena anak-anaknya akan belajar sebuah budaya baru.

"Saya kira akan bermanfaat dan menjadi pembelajaran menarik bagi anak-anak saya untuk melihat anak-anak lain belajar dan bermain. Para pengungsi ini harus belajar mengenai sekolah dan budaya, dan tinggal di rumah seperti rumah kami akan membuat mereka belajar, dan mendapat dukungan daripada mereka tinggal di flat," katanya.

Rundle mengatakan anak-anaknya sudah belajar di sekolah yang sangat multikultur di Adelaide dan pengalaman baru ini nantinya akan membantu pendidikan mereka.

Menurut pasangan ini, Australia akan bisa menyediakan lapangan kerja di berbagai industri yang semakin tumbuh seperti perawatan manula bagi para pengungsi yang datang tersebut.

"Saya berharap para pengungsi ini akan bisa hidup layak, dan menemukan pekerjaan seperti yang mereka lakukan di Suriah." kata Goodrich.

"Mereka memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan layak dan layanan kesehatan sama seperti yang lainnya."

Goodrich menambahkan walau banyak negara termasuk Australia sudah menyatakan ingin membantu, namun respon global lebih terkoordinir mesti dilakukan.

"Mereka sudah melarikan diri dari kehidupan yang penuh trauma dan di Eropa, warga sudah memasang tembok dan tidak mau mengijinkan mereka melewati beberapa negara." kata Goodrich.

"Kita sekarang berada di tahun 2015, harus ada cara yang lebih baik untuk memperlakukan manusia," katanya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika