REPUBLIKA.CO.ID, PORT VILA -- Seorang bayi dilaporkan meninggalkan dunia akibat kelaparan yang kini melanda Vanuatu, negara pulau di kawasan Pasifik yang awal 2015 diterjang badai angin topan Pam.
Jacob Kool dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Vanuatu menjelaskan, bayi asal pulau Tanna Island itu meninggal akibat diare akut yang disebabkan air minum terkontaminsi dan makanan yang tidak layak.
Kemarau panjang menerjang Vanuatu setelah sebelumnya diporak-porandakan oleh badai Pam. Akibat kemarau itu, banyak warga di pulau-pulau terpencil bergantung pada bahan makanan yang tidak layak.
"Terjadi kekurangan bahan makanan di sini. Warga kini makan bahan makanan yang biasanya tidak mereka makan. Kemungkinan penyakit diare disebabkan oleh hal itu," kata Kool.
Kool menjelaskan dengan kemarau panjang saat ini, warga mulai meminum air yang tidak aman dikonsumsi. Pihaknya mendapat laporan adanya tiga anak yang sedang mengalami diare akut.
Pulau Tanna Island merupakan salah satu lokasi yang paling parah diterjang badai Pam. Selain menghancurkan rumah, badai itu juga menghancurkan ladang, kebun serta sumber air minum warga.
Menurut Charlie Damon dari LSM CARE International, pihaknya telah menyalurkan bibit dan peralatan pertanian bagi penduduk di Tanna Island. Namun, kata Damon, musim kemarau telah menghambat upaya pemulihan pascabadai angin topan Pam.
"Penduduk kini mengandalkan umbi-umbian sebagai bahan makanan. Anak-anak sekolah menjadikannya sebagai makan siang mereka," katanya.
Pemerintah Vanuatu sudah mengumumkan akan menyalurkan beras dan ikan kaleng kepada warga yang terdampak. Ini merupakan yang keempat kalinya sejak badai topan Pam.
Namun, menurut Kool, upaya itu bersifat sementara. "Sebaiknya semua lembaga bantuan kembali lagi ke Tanna Island," katanya.
Sementara itu kemarau panjang juga dilaporkan telah menyebabkan terjadinya kelaparan di salah satu wilayah di Papua Nugini.