REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan anggota ISIS mulai memberanikan diri bicara ke publik. Sejak Januari 2014, sedikitnya 58 orang mengaku keluar dari ISIS. Hingga saat ini jumlahnya terus meningkat.
Mereka juga mulai menceritakan kisah mereka ketika menjadi bagian dari kelompok teror nomor satu di dunia itu. Beberapa mantan anggota mengaku keluar karena tidak mendapat apa yang dijanjikan, seperti barang mewah, mobil dan perempuan.
Sementara mereka harus 'berjuang' di medan yang mematikan. Hal tersebut dikemukakan oleh sekelompok pengamat asal London, International Centre for the Study of Radicalisation and Political Violence (ICSR) dari King's College London. Menurut mereka, para mantan anggota ISIS itu kecewa dengan kualitas hidup di teritorial yang dikendalikan ISIS.
"Mereka menyadari barang mewah dan mobil yang dijanjikan tidak akan menjadi kenyataan," kata pengamat.
Sementara anggota dari negara asing mengeluhkan jarangnya listrik dan kebutuhan dasar. Militan juga dijanjikan pengantin yang cantik dan muda, juga budak seks dari kelompok minoritas yang wilayahnya dikendalikan ISIS.
ICSR mengatakan eks anggota ISIS juga mengaku muak dengan kebrutalan juga tipu daya kelompok tersebut. Strategi rekrutmen global ISIS mencakup 17 negara.