REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL -- Topik larangan memakai cadar bagi seorang perempuan menjadi perbincangan panas dalam debat pemilu legislatif di Kanada.
Dilansir dari Saudi Gazette, dengan empat pekan tersisa sebelum 19 Oktober nanti, hak perempuan untuk memakai jilbab burqa yang biasanya dilengkapi dengan cadar yang menutupi wajahnya, telah menjadi isu panas dalam debat pemilu. Perdana Menteri Stephen Harper yang berusaha memenangkan suara dari pemilih Prancis-Kanada, terus membuat topik tersebut menjadi panas.
Sebuah kebijakan pemerintah konservatif yang diperkenalkan pada tahun 2011, melarang pengenaan jilbab dan cadar yang menutupi wajah perempuan selama upacara kewarganegaraan. Tapi pekan lalu, pengadilan melawan larangan tersebut, setelah Harper mengajukan banding atas putusan itu ke Mahkamah Agung.
"Ketika kita bergabung dengan keluarga Kanada, kita seharusnya tidak menyembunyikan identitas dan itulah alasan kita percaya bahwa warga baru harus melafalkan sumpah dengan wajah mereka yang terlihat," kata Harper.
Pihak Liberal yang dipimpin oleh Justin Trudeau, mengatakan pentingnya menegakkan hak-hak individu dalam masyarakat multikultural Kanada. Ia menegaskan jika seorang pria tidak bisa memberitahu cara seorang wanita berpakaian, maka negara juga tidak boleh mengatur apa yang tidak boleh diapakai oleh seorang perempuan.
Meskipun tidak lebih dari beberapa ribu perempuan di Kanada mengenakan jilbab, cadar membangkitkan emosi yang kuat, pencampuran hak, agama, isu-isu perempuan, individu dan budaya. Separatis Blok Quebec telah mengatakan akan melakukan apapun untuk menangguhkan hak konstitusional tertentu, yang menghentikan wacana untuk pemakaian cadar pada wanita.
Pemimpin kelompok separatis Blok Quebec, Gilles Duceppe, bahkan mengatakan cadar merupakan penindasan perempuan. Namun bagi Mulcair dan pemimpin Partai Hijau Elizabeth Mei, masalah ini hanya sekadar ikan merah dan menuduh Harper mencoba menyembunyikan catatan ekonomi pemerintahannya di balik isu cadar.