REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Militer Irak dilaporkan menjalin kerjasama keamanan dan intelijen dengan Rusia, Iran dan Suriah dalam melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Hal ini meningkatkan kekhawatiran Amerika Serikat.
Seperti dilansir Aljazirah pada Ahad (27/9), sebuah pernyataan dari komando operasi militer gabungan Irak pada Sabtu (26/9) mengatakan kerjasama itu datang di tengah meningkatnya kekhawatiran Rusia mengenai keberadaan ribuan teroris ISIS. Pengumuman mencerminkan peningkatan pengaruh Iran setelah penarikan pasukan AS di Irak.
Kantor berita Rusia Interfax mengutip seorang sumber diplomatik militer di Moskow mengatakan, pusat koordinasi di Baghdad akan dipimpin secara bergilir oleh petugas dari empat negara dimulai dengan Irak. Sumber menambahkan, sebuah komite mungkin dibuat di Baghdad untuk merencanakan operasi militer dan mengendalikan unit angkatan bersenjata dalam memerangi ISIS.
Namun para pejabat Irak pada Jumat (25/9) membantah laporan dari unit koordinasi di Baghdad yang didirikan oleh komandan militer Rusia, Suriah dan Iran.
Menteri Luar Negeri Irak, Ibrahim al-Jaafari, mengatakan di New York pada Jumat bahwa negaranya tak menerima penasihat militer Rusia untuk membantu pasukan. Ia justru menyerukan koalisi AS membom lebih banyak sasaran ISIS di Irak.