REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Inggris, David Cameron akan melakukan langkah diplomatik untuk menghentikan perang sipil di Suriah yang menyebabkan aliran ratusan migran ke Eropa. Pada Ahad (27/9), ia bertemu dengan pemimpin dunia di PBB, New York.
Cameron akan melibatkan lebih banyak peran Presiden Suriah, Bashar al Assad dalam transisi pemerintahan. Ia mendesaknya untuk tidak mengizinkan rekonsiliasi. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengatakan ia berharap bisa membantu menemukan solusi politik pada krisis Suriah.
Presiden AS Barack Obama dan Rusia, Vladimir Putin turut hadir dalam pertemuan perayaan 70 tahun PBB tersebut. Cameron akan menggunakan kesempatan tersebut untuk bertemu dengan para pemimpin.
"Pandangan kami jelas, bahwa ISIS dan Assad adalah musuh bagi rakyat Suriah," kata salah satu pejabat Inggris pada Press Association.
Menurutnya, Cameron berpandangan bahwa Suriah perlu pemimpin baru untuk membangun Suriah yang damai dan inklusif. Pejabat Inggris yang ingin identitasnya dirahasiakan itu menambahkan bahwa keterlibatan Rusia bisa memperkeruh krisis.
Rusia mendukung Assad dalam segi militer dengan mengirim pesawat tempur, helikopter, tank, drone, artileri hingga pasukan. Basis militer Rusia di Suriah tersebut berpusat di Latakia, pelabuhan Tartus.
Meski demikian, Cameron tampak tidak akan menemui Putin, namun ia akan menemui Obama. Cameron juga akan menggunakan kesempatan tersebut untuk meminta para pemimpin dunia agar lebih peduli terhadap jutaan migran di Eropa.