REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Lebih dari 8.000 warga Meksiko menggelar aksi demonstrasi yang mereka sebut Gerakan Kemarahan Nasional. Aksi itu menandai satu tahun insiden hilangnya 43 mahasiswa setahun silam.
Orang tua dan kerabat para mahasiswa yang hilang menggelar demo tak jauh dari Los Pinos, kediaman Presiden Enrique Pena Nieto. Mereka membawa foto-foto mahasiswa yang hilang dan meneriakkan slogan-slogan mengutuk para pejabat yang dianggap abai terhadap kasus itu.
"Kami datang menuntut keadilan. Tidak akan ada impunitas atas hilangnya anak-anak itu," ungkap Sofia Rojas, seorang mahasiswa di Universitas Otonom Nasional Meksiko, kepada AFP Ahad (27/9).
Mereka membawa slogan-slogan bertuliskan "Kriminalitas Negara" dan "Menyingkirlah Presiden Pena". Mereka berbaris di jalanan dan berpawai sepanjang jalan besar Paseo de la Reforma menuju situs kuno bersejarah Zocalo yang berada di pusat kota.
"Mereka membawa mereka dari kami hidup-hidup, dan kami ingin mereka kembali hidup!" teriak para demonstran.
Seorang juru bicara demonstran, Felipe de la Cruz, mengatakan kepada bahwa pihaknya tak akan berhenti hingga pencarian itu membuahkan hasil. Sebagian orangtua dari siswa yang hilang itu melakukan perjalanan sepanjang 43 jam dari negara bagian selatan sebagai bentuk penghormatan terhadap hilangnya anak-anak mereka.
Sebelumnya, Presiden Pena Nieto menemui para orangtua dan meyakinkan bahwa pemerintahannya tidak menutup penyelidikan. Presiden juga memerintahkan pembentukan kantor jaksa khusus untuk menyelidiki lebih dari 20.000 kasus kehilangan yang pernah terjadi di negara tersebut.
"Kami berada di sisi yang sama. Kami sedang mencari kebenaran bersama-sama," kata Pena Nieto kepada para orangtua.
Insiden itu bermula saat puluhan mahasiswa keguruan Ayotzinapa melakukan perjalanan dari Guerrero ke kota Iguala pada 26 September 2014. Mereka menyewa bus untuk mengikuti aksi demonstrasi di Mexico City.
Jaksa mengatakan, ada laporan yang menyebutkan polisi setempat menembak bus mereka, menewaskan tiga siswa dan tiga pengamat. Para petugas kemudian dilaporkan mengirim anak-anak muda itu ke geng narkoba Guerreros Unidos, yang membunuh dan membakar tubuh mereka.
Para pakar independen dari Komisi HAM Inter-Amerika mempertanyakan penyelidikan resmi dan ketiadaan bukti dari pembakaran jenazah di TPA. Mereka mendesak pihak berwenang untuk menyelidiki apakah benar para mahasiswa itu diserang karena salah satu bus mereka disita akibat diduga membawa narkoba.
"Ini akan menjadi cap negatif untuk pemerintah sampai akhir masa jabatan Pena Nieto di 2018, seperti insiden tahun 1968 pada masa pemerintahan Gustavo Diaz Ordaz," kata kata Jose Antonio Crespo, profesor politik di Pusat Pendidikan dan Penelitian Ekonomi Meksiko, mengacu pada pembantaian siswa selama aksi protes tahun 1968 di Mexico City.