REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon meminta Eropa meningkatkan upaya menangani krisis imigran.
"Saya mendesak Eropa untuk berbuat lebih," kata Ban kepada majelis beranggotakan 193 negara itu saat membuka sidang Majelis Umum PBB, Senin (28/9).
Krisis imigran terburuk yang dihadapi Eropa sejak Perang Dunia II itu menjadi perhatian dalam pertemuan para pemimpin dunia tahun ini di saat upaya-upaya internasional untuk mengakhiri perang di Suriah sedang kacau.
"Kita jangan mendirikan pagar atau dinding-dinding, tapi yang paling penting adalah kita harus melihat akar permasalahan di negara-negara asal," kata Ban.
Lebih dari empat juta orang terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka karena perang di Suriah yang sudah berlangsung empat tahun. Sementara itu, ratusan ribu orang mengarah ke Eropa, keluar dari kamp-kamp pengungsi yang sudah penuh sesak di Yordania dan Turki.
Ban dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan pada Rabu, di sela-sela sidang Majelis Umum, untuk membahas krisis imigran untuk menyepakati tindakan global di saat Uni Eropa bergelut menghadapi perpecahan terkait langkah ke depan.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, yang negaranya telah menampung sekitar dua juta pengungsi Suriah, akan membuka pertemuan itu.
Uni Eropa pekan lalu setuju menyuntikkan dana satu miliar dolar AS untuk bantuan PBB di negara-negara tetangga Suriah. Tapi, Ban mengatakan peningkatan upaya diperlukan untuk memastikan para imigran diperlakukan secara bermartabat.
Ban telah menyatakan kemarahannya terhadap perlakuan yang diterima para imigran di Hungaria. Pemerintah Hungaria telah menutup perbatasannya dengan Serbia dan polisi menggunakan meriam air untuk mendorong mundur para pengungsi.
Hungaria juga menganggap pelintas perbatasan sebagai kejahatan yang bisa dikenai hukuman penjara hingga lima tahun.