REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan Presiden Suriah Bashar al-Assad bisa menjadi bagian saat perpindahan kekuasaan. Tetapi Assad dinilainya hanya berperan dalam jangka pendek.
Cameron mengatakan kepada koresponden Sky yang bepergian dengan dia ke Amerika Serikat (AS) bahwa ia tidak mengesampingkan bahwa Assad bisa menjadi bagian dari perpindahan kekuasaan.
"Tetapi sangat jelas bahwa Assad tidak bisa menjadi bagian dari masa depan Suriah dalam jangka panjang," katanya seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Senin (28/9).
Sebelumnya, Harian Inggris Sunday Telegraph melaporkan bahwa Cameron mengatakan Assad harus menghadapi tuntutan pidana internasional atas kejahatan yang dia lakukan di negara asalnya, termasuk penggunaan bom pada warga sipil.
"Tidak ada masa depan yang damai, stabil bagi Suriah di mana rakyatnya dapat kembali ke rumah. Sementara Presiden Assad sebagai pemimpin," tulis surat kabar tersebut yang mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya yang menjelaskan sikap Cameron.
Pada Kamis, (24/9), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Kanselir Jerman Angela Merkel secara terpisah mengatakan Assad bisa memiliki peran dalam transisi kekuasaan di Suriah. Pernyataan Erdogan itu sangat mengejutkan karena ia telah lama menjadi kritikus keras Assad.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan Assad harus meninggalkan jabatannya, tetapi waktunya harus diputuskan melalui negosiasi.