REPUBLIKA.CO.ID, STRASBOURG -- Dalam pidato pembukaan sidang parlemen terakhirnya, Presiden Majelis Parlemen Dewan Eropa (PACR) Anne Brasseur pada Senin (28/9) mengatakan di Strasbourg Eropa telah mengalami kemerosotan hak asasi manusia dua tahun terakhir.
"Dua tahun belakangan tidak bagus buat hak asasi manusia dan buat nilai yang dipertahankan oleh organisasi kita," katanya.
Brasseur mendata krisis pengungsi Eropa, kenaikan dalam radikalisme, serangan teror yang telah mengguncang benua itu, dan juga konflik di Ukraina sebagai sumber keprihatinan yang mengganggu Dewan Eropa (CoE), 47 negara anggotanya dan negara tetangga.
Namun, Brasseur juga melihat perkembangan positif, terutama dalam pergolakan melawan diskriminasi dan kebencian setelah serangan terhadap media Paris, Charlie Hebdo.
Presiden yang akan menjabat sampai Januari 2016 itu masih merasa tantangan yang dihadapi nilai-nilai mereka sangat besar.
Ia mendesak dicapainya persatuan di kalangan rekannya, anggota parlemen, dalam menghadapi tantangan tersebut.
Di antara kesulitan yang akan dihadapi itu, Brasseur menyesalkan di sebagian negara anggota, organisasi nonpemerintah berjuang beroperasi secara bebas akibat Hukum Pembatasan, prosedur administrasi yang rumit dan tidak layak, tekanan, intimidasi dan pembalasan dendam.
Ia juga mendesak anggota parlemen CoE melakukan tindakan terpadu mengenai krisis pengungsi Eropa.