REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pertemuan formal pertama sejak dua tahun lalu antara Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak melahirkan keputusan yang konstruktif, Selasa (29/9). Keduanya tidak membuat kesimpulan penting untuk menyelesaikan krisis di Suriah.
Obama dan Putin berjabat tangan dengan canggung dan mengakhiri pertemuan tanpa terobosan. Mereka meninggalkan diskusi tempat dimana mereka memulainya. Keduanya juga tampak terlibat 'cekcok' dalam beberapa hal.
Selain Suriah, krisis di Ukraina juga masuk dalam agenda keduanya. Obama mengatakan aneksasi Moskow atas Crimea telah membuat negara tersebut lebih terisolasi dan miskin. "Bayangkan jika Rusia lebih memilih diplomasi yang sesungguhnya," kata dia.
Putin membalasnya dengan menyingung invasi AS ke Irak dan dukungan mereka untuk pemberontak Libya. Menurutnya Putin, keterlibatan AS malah menimbulkan kekerasan, kemiskinan dan bencana sosial di wilayah, termasuk aliran migran ke Eropa.
Suriah menjadi bahan utama perdebatan di antara Putin dan Obama. Keduanya masih tidak satu kata dalam keterlibatan Presiden Suriah Bashar Al Assad untuk menyelesaikan konflik. "Tidak ada satu pun kecuali pasukan Assad yang benar-benar memerang ISIS dan kelompok teroris lain di Suriah," kata Putin.
Putin pun menilai tidak bekerja sama dengan Presiden Suriah Bashar al Assad dalam memberantas ISIS adalah sebuah kesalahan. Sementara AS menilai kepemimpinan Assad sudah usai.