REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Hungaria, Selasa (29/9) meminta PBB mengatur kuota global imigran. Hungaria mengatakan Eropa mengalami ketidakadilan mengambil begitu banyak pengungsi yang melarikan diri Suriah.
"Kami menyarankan semua pemain utama harus menanggung sebagian beban. Kita harus memperkenalkan kuota (imigran) di dunia, "kata Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto kepada wartawan seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (30/9).
Dia menambahkan, sumber utama dari gerakan imigrasi ini adalah negara-negara yang menjadi tidak stabil akibat keputusan politik internasional. Jadi bukan hanya disebabkan oleh Eropa.
"Ada peraturan Eropa jelas mengatakan negara-negara anggota harus mempertahankan perbatasan eksternal," katanya.
Ia menanggapi kritik dari Perdana Menteri Kroasia Zoran Milanovic yang menyebut kebijakan Hungaria yang memasang kawat duri di perbatasan benar-benar tidak dapat diterima. Szijjarto mengatakan negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS) juga membangun penghalang di perbatasan.
"Kami dikritik tetapi tidak ada saran lain, tidak ada alternatif lain yang ditawarkan oleh para menteri Uni Eropa. Kami tidak melakukannya untuk bersenang-senang," katanya.
Szijjarto juga menyerukan masyarakat internasional meningkatkan dana untuk kamp-kamp pengungsi di Turki, Lebanon dan Yordania. Negara-negara tersebut menjadi tuan rumah utama untuk empat juta orang yang melarikan diri dari perang saudara di Suriah.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengkritik Hungaria yang memblokir perbatasannya,. Ban meminta penduduk Eropa melakukan upaya lebih. Pihaknya juga mengadakan pertemuan terkait krisis ini, Rabu.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban diharapkan ikut dalam pembicaraan setelah memasang kawat berduri di perbatasan negaranya untuk menghambat imigran. Hampir 300 ribu imigran telah memasuki Hungaria tahun ini.