REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Sukamta mengatakan bangsa Palestina bisa belajar dari Indonesia, bahwa perjuangan diplomasi tidak bisa dipisahkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan. "Diplomasi di PBB memang sangat penting. Pengibaran bendera Palestina di markas PBB juga sebuah langkah progres," katanya di Jakarta, Jumat (2/10).
Dia mengatakan, jangan sampai pengibaran bendera itu melupakan bahwa pada hakikatnya kemerdekaan itu adalah kemerdekaan penuh, secara de facto dan de jure. Menurut dia, Palestina jangan lengah karena pada kenyataannya, Israel sudah jauh lebih maju langkahnya di PBB karena Israel sudah menjadi anggota penuh.
"Betul hal ini (pengibaran bendera) adalah satu langkah maju. Tapi Palestina jangan lengah, jangan senang dulu," ujarnya.
Sekretaris Fraksi PKS DPR itu mengatakan tujuan masyarakat Palestina adalah mewujudkan kemerdekaan dengan Al Quds menjadi ibu kotanya serta pembagian wilayah dengan Israel sebelum Perang Arab 1967. Menurut dia, Palestina merdeka juga artinya adalah diberikannya hak kembali bangsa Palestina yang telah diusir Israel untuk kembali ke tanah air Palestina. "Banyak rakyat Palestina yang mengungsi di beberapa negara," katanya.
Dia menjelaskan, setidaknya pengungsi Palestina tersebar di beberapa negara seperti di Jordan sekitar 3 juta orang, di Lebanon sekitar 1 juta orang, di Suriah sekitar 800 ribu orang. Selain itu menurut dia, ada tiga juta warga Palestina di negara-negara Teluk, Afrika Utara, Eropa, Kanada, Australia, dan seterusnya.
Sebelumnya, bendera Palestina dikibarkan di tiang bendera di kebun mawar di Markas Besar PBB, New York, Rabu (30/9). Negara Palestina yang akhirnya diterima sebagai negara nonanggota PBB, memperoleh dukungannya pada awal September dari Sidang Majelis Umum PBB untuk mengibarkan benderanya di PBB, berdampingan dengan bendera negara anggota lain badan dunia tersebut.
"Saya katakan kepada rakyat saya di mana saja kibarkan bendera Palestina setinggi mungkin sebab itu adalah lambang identitas Palestina kita," kata Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, seperti dilansir Xinhua.