Sabtu 03 Oct 2015 07:37 WIB

Warga Sipil Terjebak di Tengah Perang Afganistan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Dwi Murdaningsih
Serangan bom mematikan di Afganistan.
Foto: Reuters
Serangan bom mematikan di Afganistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNDUZ -- Kelompok hak asasi manusia menyampaikan kekhawatirannya terkait sejumlah besar warga sipil yang terjebak perang di kota Kunduz Afganistan, Jumat (2/10). Mereka terjebak di tengah pertempura pemerintah dengan Taliban.

Penduduk lokal mengatakan mereka terjebak di dalam rumah mereka dan mulai kehabisan pasokan kebutuhan dasar. "Kami kehabisan makanan dan minuman, kami tak bisa keluar karena takut terkena tembakan," kata salah satu penduduk pada BBC.

Komite internasional Palang Merah mengatakan mereka sangat khawatir karena hampir kehabisan pasokan medis juga personil.

Pemerintah menuduh Taliban menyerang warga sipil setelah mengambil alih kota pekan ini. Kunduz adalah pusat kota pertama yang jatuh ke tangan Taliban dalam 14 tahun terakhir.

Kelompok ham Amnesty International mengatatakan Taliban berada dibalik semua pembunuhan massal, pemerkosaan hingga penangkapan dari rumah ke rumah di Kunduz. Pemerintah menuduh mereka melakukan kejahatan kemanusiaan.

Sementara pemimpin Taliban Mullah Akhtar Mansour mengatakan militannya beroperasi sambil menghindari menyakiti warga sipil. "Kami memastikan untuk sangat meminimalisir korban warga sipil," kata dia pada AP.

Ia malah menuduh pasukan pemerintah melakukan penembakan membabibuta tanpa pandang bulu. Mansour  menambahkan Taliban memenangkan pertempuran secara simbolis dengan berhasil mengambil alih Kunduz.

Kota yang memiliki populasi sekitar 300 ribu jiwa ini adalah salah satu kota terbesar Afganistan. Kota ini sangat strategis karena menghubungkan beberapa wilayah. Pada Kamis, Taliban juga berhasil mengambil alih distrik Warduj, wilayah tetangga provinsi Badakhshan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement