Selasa 06 Oct 2015 08:57 WIB

Menyedihkan, Dua per Tiga Pengungsi Dunia adalah Muslim

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Keluarga imigran berjalan di perbatasan antara Serbia dan Kroasia dekat Kota Tovarnik, sebelah timur Kroasia, Rabu (16/9).
Foto: AP/Matthias Schrader
Keluarga imigran berjalan di perbatasan antara Serbia dan Kroasia dekat Kota Tovarnik, sebelah timur Kroasia, Rabu (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Jumlah pengungsi di dunia saat ini telah mencapai angka 60 juta jiwa di seluruh dunia. Dan yang lebih menyedihkan, menurut data PBB dari UNHCR dua pertiga dari 80 juta pengungsi tersebut adalah Muslim. Hal itu disampaikan Komisioner urusan Pengungsi PBB, Antonio Guterres di Jenewa, Senin (5/10).

Guterres mengatakan bencana pengungsi yang terjadi saat ini adalah krisis di Irak dan Suriah yang kini telah menyumbang 15 juta orang terlantar tanpa tempat tinggal dan mencari perlindungan ke negara lain. Ia mengungkapkan dalam 10 tahun setidaknya 38 juta orang hidup terlantar akibat konflik dan perang.

Jumlah pengungsi muslim tersebut belum termasuk 1,1 juta orang di Yaman dan 300 ribu di Libya. Dunia dihadapkan dengan 15 konflik besar yang terjadi dalam lima tahun terakhir.

"Dan lebih dari dua pertiga dari pengungsi di seluruh dunia adalah Muslim," ujarnya. Ditambah dari konflik di negara Afrika, yang dalam setahun terakhir setidaknya 500 ribu jiwa telah meninggalkan rumah mereka di Sudan Selatan, 190 ribu di Burundi.

Lonjakan pengungsi Suriah yang datang ke Eropa tahun ini terutama disebabkan oleh tiga faktor. Tidak adanya solusi politik, sumber daya negara yang habis terkuras dan hilangnya harapan hidup. "Akibatnya, semakin banyak orang telah memulai perjalanan putus asa untuk Eropa, meskipun risiko yang sangat besar dan biaya ini memerlukan," katanya.

Kini jumlah pengungsi di seluruh dunia setiap hari akibat konflik, meningkat empat kali lipat dari hampir 11.000 pada 2010 menjadi 42.500 tahun lalu. Karenanya ia mengharapkan semua negara bekerjasama menyelesaikan permasalahan ini agar mampu mengurangi beban kemanusiaan yang saat ini menjadi permasalahan berbagai belahan dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement