REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Unjuk rasa yang dilakukan para pegawai maskapai penerbangan Air France berubah menjadi aksi kekerasan.
Sekitar 100 pekerja yang marah memaksa masuk ke sebuah rapat manajemen senior maskapai tersebut dan merobek pakaian para eksekutif perusahaan, Senin (5/10).
Dikutip dari Guardian, Selasa (6/10), Air France telah mengajukan gugatan setelah para pegawai menyerbu kantor mereka di dekat Bandara Charles de Gaulle di Paris. Maskapai mengecam skandal kekerasan tersebut.
Ketegangan antara manajemen dan pekerja meningkat pekan ini terkait pertemuan untuk finalisasi rencana restrukturisasi yang kontroversial. Dalam rencana itu, 2.900 orang akan kehilangan pekerjaan antara saat ini hingga 2017. Sebanyak 1.700 staf, 900 awak kabin dan 300 pilot akan mengalami pemutusan hubungan kerja.
Sekitar pukul 09.30 waktu setempat ratusan pegawai berkumpul di luar kantor pusat. Eksekutif perusahaan disambut oleh massa yang marah yang berteriak, melambaikan bendera dan poster yang melambangkan bos mereka sebgaai kriminal.
Ketika para eksekutif memasuki gedung, mereka memaksa masuk ke ruangan komite dan berteriak "ini rumah kami".
Usai kekerasan tersebut komite Air France ditunda hingga Senin siang sebelum akhirnya dibatalkan. Dalam pernyataan, esksekutif perusahaan bersedia bernegosiasi dengan pekerja dengan sejumlah syarat.