REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Uni Eropa memulai operasi baru untuk mencegat kapal penyelundup migran di sepanjang Mediterania bagian selatan, Rabu (7/10). Operasi bernama Sophia itu memungkinkan kapal angkatan laut mencari, menangkap dan memulangkan kapal yang diduga digunakan untuk penyelundupan manusia.
Fase pertama operasi yang disebut EUNavfor Med telah dimulai sejak Juni menggunakan kapal pengintai untuk mendeteksi kapal penyelundup dan memonitor pergerakannya dari Libya menuju Italia dan Malta.
Sementara operasi Sophia adalah fase kedua. Nama Sophia diambil dari seorang bayi yang lahir dalam kapal Uni Eropa. Ibunya diselamatkan dari kapal migran pada Agustus lalu.
Komandan Operasi, Laksamana Enrico Credendino mengatakan operasi ini akan menggunakan beberapa kapal perang, termasuk British HMS Richmond. Kontributor BBC, James Reynold mengatakan belum jelas bagaimana misi ini berjalan.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini menjelaskan bahwa operasi ini akan membuat mereka bisa mencari dan menangkap kapal di perairan internasional. "Sementara tersangka penyelundupan akan dibawa ke otoritas kejaksaan Italia," kata dia.
Uni Eropa juga kabarnya akan beroperasi di perairan Libya. Namun hal itu masih membutuhkan persetujuan dari Dewan Keamanan PBB dan otoritas Libya.
Seorang ahli migran senior dari International Organization for Migration (IOM) memperingatkan operasi Uni Eropa di Mediterania akan gagal. Kecuali mereka juga memerangi geng-geng kriminal di Eropa.
''Lingkaran kriminal dari perdagangan manusia ini sama dengan mereka yang terlibat dalam penyelundupan senjata dan obat-obatan," kata Eugenio Ambrosi dari IOM.
Sejak awal 2015, lebih dari 130 ribu migran telah melewati laut Mediterania untuk mencapai Eropa dari pantai Afrika utara. Lebih dari 2.700 migran tidak berhasil karena tenggelam.