REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Selasa (6/10) mengatakan, ia tidak ingin kekerasan dengan Israel di Yerusalem Timur dan Tepi Barat meningkat menjadi konfrontasi militer.
"Kami memberitahu mereka (Israel) bahwa kita tidak ingin terjadi eskalasi, baik militer atau keamanan," kata Abbas pada pertemuan Organisasi Pembebasan Palestina seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Rabu (7/10).
Tak hanya pihaknya, emua lembaga, faksi dan kaum remaja Palestina juga tidak ingin terjadi eskalasi. Pernyataannya muncul setelah Israel mengumumkan langkah-langkah lebih keras untuk mengatasi kekerasan dengan Palestina. Ini menyusul ketegangan yang terus meningkat antara Israel dengan Palestina pada Senin (5/10) karena remaja Palestina tewas dalam bentrokan dengan tentara Israel di dekat kota Bethlehem di Tepi Barat.
Pasukan Israel kemudian menghancurkan rumah dua warga Palestina dan menutup sepertiga Yerusalem pada Selasa (6/10) saat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan menindak empat warga Israel yang tewas dalam serangan Palestina. Israel menuduh militan Palestina terlibat dalam dalam dua penusukan dan penembakan yang menewaskan empat warganya. Polisi kemudian menembak mati dua dari penyerang. Dua warga Palestina, salah satu dari mereka remaja tewas dan sekitar 170 terluka dalam bentrokan dengan tentara Israel di Tepi Barat sejak Ahad (4/10).
Tindak kekerasan meningkat di Yerusalem Timur dan Tepi Barat dalam beberapa pekan terakhir. Ini meningkatkan kekhawatiran terjadinya eskalasi lebih luas dan pemberontakan.