Kamis 08 Oct 2015 07:06 WIB

Berpikir Positif Ternyata tidak Baik Bagi Kesehatan Mental

Riset membuktikan berpikir positif hanya berfungsi pada orang yang sudah lebih dulu memiliki rasa menghargai diri sendiri yang besar.
Foto: abc
Riset membuktikan berpikir positif hanya berfungsi pada orang yang sudah lebih dulu memiliki rasa menghargai diri sendiri yang besar.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Seberapa sering Anda diminta untuk ‘melihat sisi terang’ atau ‘fokus pada hal-hal yang baik' ketika sedang menghadapi masa sulit? Apakah sikap berpikir positif seperti itu memang benar-benar membantu meningkatkan kesehatan mental seseorang?

Bagi para pendukungnya, sikap berpikir positif diyakini sebagai salah satu cara terbaik meningkatkan kepercayaan diri, kebahagiaan dan bahkan mencegah penyakit-penyakit mental seperti depresi.

Tapi apakah sikap seperti itu memang benar-benar efektif?

 

Associate Profesor, Anthony Grant dari Universitas Sydney mengatakan istilah ‘berpikir positif’ diterjemahkan secara keliru dan bahkan orang sering salah memahaminya.

 

Bagi banyak orang, berpikir positif artinya mengatakan kalimat peneguhan setiap hari, fokus pada hal yang baik dalam setiap situasi dan selalu memasang wajah gembira, bahkan ketika kita sangat tidak ingin sama sekali melakukannya.

 

Grant memperingatkan mencoba untuk menjadi orang yang secara terus-menerus bersikap optimistis tentang kehidupan itu hal yang sangat tidak realistis dan umumnya hanya akan membuat kondisi Anda semakin buruk dalam jangka panjang.

 

"Cara pikir seperti itu tidak tepat. Jika orang tidak membiarkan dirinya berpikir tentang masalah atau kesedihan atau bentuk emosi lainnya selain kebahagiaan maka sikap seperti itu tidak akan membantu sama sekali,” katanya.

 

"Dalam masa-masa sulit di dalam hidup kita, yang kita perlukan adalah membiarkan diri kita berduka dan merasakan beragam emosi, karena itu merupakan bagian alami dari proses penyembuhan,”

 

Dalam sebuah riset yang dilakukan 2009 lalu didapati pernyataan positif pada diri sendiri hanya berfungsi memperbaiki mood dan kebahagiaan orang yang sudah lebih dahulu memiliki penghargaan terhadap diri sendiri (self esteem) yang tinggi.

 

Tapi bagi mereka yang memiliki self esteem rendah, maka dampak yang terjadi justru sebaliknya.

 

"Jadi paradok dari berpikir positif adalah kalau itu bermanfaat, tapi hanya bagi orang-orang yang tidak memerlukannya,” kata Profesor Grant.

 

Sementara itu Psikolog Suzy Green, dari Positivity Institute, memperingatkan melihat dunia dari kacamata kuda bisa membahayakan.

 

Dia mengatakan hal itu dapat terjadi terutama pada situasi berisiko tinggi seperti duka yang teramat menyakitkan, dimana orang bisa berpotensi menyangkal kondisi yang dialaminya dan tidak mencari pertolongan yang dibutuhkan.

 

Menurut Green memiliki pikiran negatif adalah hal yang normal apalagi dalam situasi menantang atau keluar dari zona nyaman dan berusaha untuk  selalu menghindari pikiran yang negatif  secara umum hal itu tidak produktif.

 

"Bukan berarti Anda tidak boleh memiliki pikiran negatif, tapi Anda hanya tidak boleh selalu mempercayainya dan terkadang perlu memutuskan utnuk berpikir berbeda dan lebih optimistis mengenai situasi yang dihadapi”

 

Grant juga menjelaskan kita memiliki semacam proses cara berpikir otomatis yang dikenal dengan bias perhatian.

 

"Itu bukan masalah menyalakan atau mematikan tombol otomatis di dalam diri kita, tapi masalahnya adalah  kita tidak boleh mengalihkannya dengan mendapat perhatian,”

 

Suzy Green mengatakan riset menunjukan orang-orang yang bersikap optimistis dan penuh harap memiliki kehidupan mental yang jauh lebih bagus.

 

Sementara Grant mengatakan menetapkan tujuan hidup yang bermakna dan berusaha untuk menggapainya merupakan salah satu cara terbaik untuk mengubah bias atensi anda dan memperbaiki kesehatan mental Anda.

 

"Kenali apa tujuan yang hendak kamu capai, " katanya.

 

"Lalu tanyakan pada diri sendiri pikiran, perasaan dan sikap seperti apa yang perlu Anda miliki untuk mencapai tujuan tersebut. Bagaimana Anda akan membangun struktur dan perubahan pada lingkungan Anda untuk meraih tujuan tersebut.

 

"Hal semacam itu merupakan cara berpikir yang lebih bermanfaat menyadari diri sendiri mengenai cara berpikir terlepas itu positif atau negatif,"

Dia juga merekomendasikan agar orang menulis daftar segala hal yang membuat Anda bersyukur setiap hari, bahkan jika hal itu hal yang sepele,"

 

"Luangkanlah waktu diakhir hari untuk mengapresiasi apa yang sudah Anda lakukan,"

 

"Menulis pengalaman semacam itu akan sangat membantu orang untuk mampu mengontrol perasaan mereka,"

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-10-08/selalu-berpikir-positif-ternyata-tidak-baik-bagi-kesehatan-mental-anda/1500904
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement