REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki terus mencari pelaku aksi bom bunuh diri di Ankara, Sabtu (10/10) lalu.
Berdasarkan keterangan kantor Perdana Menteri Turki, saat ini pihak berwenang tengah memeriksa dua mayat laki-laki yang diduga sebagai pelaku utama bom bunuh diri tersebut.
"Pekerjaan kami terus dilanjutkan dengan mengidentifikasi dua mayat teroris yang berjenis kelami laki-laki. Mereka yang masing-masing membawa dua bomb bunuh diri," tulis keterangan resmi kantor Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, seperti dikutip AP, Ahad (11/10).
Selain itu, pemerintah Turki juga menyebut, korban tewas dalam tragedi bom bunuh diri itu mencapai 97 orang. Angka ini meningkat dari jumlah korban yang sebelumnya disebutkan pemerintah Turki, yaitu sekitar 95 orang.
"92 korban tewas telah berhasil diidentifikasi. Saat ini, kami masih terus melakukan identifikasi terhadap lima korban tewas lainnya," tulis pernyataan tersebut.
Namun, menurut Partai Rakyat Demokratik, partai yang pro-Kurdi, menyebutkan, jumlah korban tewas bisa lebih banyak dari klaim pemerintah, yaitu mencapai 128 orang. Namun, jumlah ini belum dikonfirmasi secara resmi oleh aparat berwenang.
Sebelumnya, dua bom bunuh diri meledak di Ibukota Turki, Ankara. Ledakan terjadi di dekat stasiun kereta di pusat kota Ankara pada saat sejumlah kelompok kiri melakukan protes. Serangan bom bunuh diri ini pun disebut sebagai serangan bom bunuh diri terbesar dalam sejarah modern Turki.
Hingga saat ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kendati begitu, Davutoglu sempat menduga pelaku serangan bom bunuh diri itu bisa berasal dari luar negeri, yang merujuk kepada kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), atau pun dari kelompok pro-Kurdi di Turki.