Selasa 13 Oct 2015 11:19 WIB

Suntikan Depo Povera Cegah Kejahatan Seksual pada Anak

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ilham
pedofilia - ilustrasi
Foto: blogspot.com
pedofilia - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penganiayaan anak menjadi masalah serius di Amerika Serikat. Sebanyak 75 persen pelaku pedofilia di AS mengulangi lagi tindakan tercelanya. Pelaku pedofilia melakukan kejahatan seksual karena dorongan hasrat seksualnya dan kejahatan mereka tak bisa dimaafkan.

Beberapa negara menerapkan kebiri kimia dengan cara menyuntikkan depo povera. Ketika diberikan kepada laki-laki, depo povera akan bekerja di otak untuk menghambat produksi hormon yang merangsang testis memproduksi testosteron.

"Depo povera adalah kontrol - sama dengan KB - yang mengandung hormon progesteron sintetis milik wanita. Suntikan depo povera akan mencegah seseorang menganiaya anak-anak," tulis ahli medis, Katherine Amlin, dilansir dari Jurnal Biologi Serendip, Selasa (13/10).

Meski demikian, beberapa ahli berpendapat bahwa depo povera tidak efektif dan tidak akan mencegah penganiayaan pada anak. Pengebirian paksa lebih mungkin menimbulkan kemarahan emosional si pelaku dan membuat mereka berhasrat lebih sering melakukan tindak kejahatan seksual.

Joseph Smith Frank, seorang pelaku pedofilia dihukum dengan suntik kebiri pada 1989. Pada 1999, ia kembali kedapatan menganiaya seorang gadis berusia lima tahun dan segera dipenjara.

Depo povera atau pengebirian kimia bisa menyebabkan beberapa efek merugikan pada pelaku. Diantaranya depresi, kelelahan, diabetes, dan pembekuan darah.

Amlin menambahkan, meski pengebirian kimia bukan solusi tepat untuk menghabat kekerasan seksual pada anak, suntikan depo povera lebih baik dibanding hukuman penjara. Penjara hanya akan menghasilkan penjahat sneakier yang akan mengulangi perbuatannya saat bebas.

Cara-cara baru untuk membuat efek jera pelaku pedofilia harus dipikirkan demi masa depan anak-anak. Penjara, kata Amlin, cenderung meningkatkan sifat agresif pedofil laki-laki, sementara kebiri kimia menyelesaikan akar masalah penyebab kekerasan seksual dan menurunkan tingkat penyimpangan seksual lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement