REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sejumlah remaja wanita Palestina tampak terlibat langsung dalam bentrokan dengan aparat Israel di Ramallah. Mereka membantu dengan membawakan batu ke garis depan. Tak hanya itu, para remaja ini juga tak segan melemparkan batu tersebut ke arah tentara Zionis.
Kendati terlibat kericuhan, para remaja putri itu terlihat memiliki selera modis. Mereka mengecat kuku dengan warna cerah, memakai celana jin serta membawa telepon pintar dengan selempangan tas modis.
"Keluarga saya tidak tahu saya di sini," ujar seorang wanita sekolah menengah atas di Ramallah seperti dikutip Reuters, Selasa (13/10). "Saya datang ke sini setelah melihat apa yang terjadi di Al-Aqsa."
Situasi di Yerusalem, Tepi Barat, dan Jalur Gaza memanas dalam beberapa waktu terakhir. Setidaknya 27 warga Palestina dan tujuh warga Israel terbunuh. Pecahnya aksi kekerasan tak terlepas dari aksi semena-mena aparat Israel terhadap Masjid Al-Aqsa.
Tak sedikit pihak yang menyebut kericuhan ini sebagai tanda dimulainya intifadha ketiga. Sebelumnya intifadha pertama pecah pada era 1980an dan kedua pada era 2000.
Demonstrasi juga dilakukan mahasiswa di Universitas Birzeit. Mereka juga melempar batu dan meneriakkan kata-kata Al-Aqsa. "Kami ingin pendudukan berakhir, dan kita ingin kekerasan di Al-Aqsa berhenti," ujar seorang mahasiswa.
Sebelumnya, salah seorang remaja putri yang hanya mengungkap nama mereka dengan Shahad (20 tahun) mengatakan, ini merupakan kedua kali baginya terlibat dalam bentrokan. "Saya datang kemarin untuk kali pertama karena sebelumnya dilarang."
Seorang temannya yang lain menimpali, saat ini mereka lebih berani. Banyak wanita yang ingin berpartisipasi. "Kami ingin melindungi negara kami," ujar Yasmin yang masih mengenakan seragam sekolah hijau bergaris putih. "Ini merupakan pertama kalinya bagi kami. Kami ke sini untuk membantu para pria."
Seorang wanita mengatakan kepada AFP, Intifadha terus berlansung, karena ia sudah tak lagi mendengarkan Presiden Abbas sejak lama.