REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Tabir misteri jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina mulai terkuak. Penyidik Belanda menemukan bahwa pesawat tersebut ditembak oleh misil yang digunakan rezim Kiev, Ukraina.
Pada Selasa (13/10), Dewan Keselamatan Belanda merilis laporan yang telah lama ditunggu-tunggu. Ketua dewan TJibbe Joustra mengatakan hasil rekonstruksi puing dari kecelakaan di wilayah Donbass menunjukan rudal Buk meledak kurang dari satu meter dari kokpit.
Ledakan langsung menewaskan pilot dan kopilot juga kru. Hidung pesawat Boeing 777 itu juga langsung rusak. Sebelumnya, Kiev dan sekutu Barat menuduh Rusia bertanggung jawab atas bencana tersebut, mengklaim bahwa rudal Buk dipasok dari sana.
Namun, Dewan menyimpulkan bahwa rudal yang digunakan adalah versi 9M38M1 berdasarkan penelitian dengan produsennya Almaz Antey. Almaz Antey juga mengeluarkan laporan di hari yang sama. "Versi ini digunakan oleh Ukraina, bukan Rusia," kata Joustra dilansir Morning Star.
Rudal 9M38M1 memiliki jangkauan maksimum hingga 35 km dan berpotensi untuk menyerang target di area seluas hampir 4.000 kilometer persegi. Dalam perilisan laporan di pangkalan udara militer Gilze-Rijen, Joustra juga mengkritik pemerintah Kiev yang mengizinkan pesawat sipil terbang melalui zona perang.
"Pada bulan-bulan sebelum insiden, setidaknya 16 pesawat militer dan helikopter ditembak jatuh di bagian timur Ukraina," kata dia. Joustra menegaskan, seharusnya Ukraina menutup wilayah udaranya setelah insiden-insiden tersebut terjadi.
Tragedi jatuhnya pesawat penumpang MH17 itu menewaskan semua orang di dalamnya yang berjumlah 298 orang. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menuntut pihak yang bertanggung jawab.
"Dunia harus bergerak maju untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab harus bertanggung jawab atas tindakan pembunuhan ini," kata Najib.