REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Keiko Fujimori, putri mantan Presiden Alberto Fujimori yang kini menjalani hukuman 25 tahun penjara, jauh memimpin perolehan jajak pendapat calon presiden Peru.
Enam bulan menjelang pemilu April 2016, Keiko Fujimori yang diusung partai sayap kanan Fuerza Popular (Kekuatan Rakyat) mendapatkan 32,9 persen dukungan, demikian menurut survei CPI.
Fujimori (40 tahun) mendapat dua kali lipat dukungan dibandingkan pesaing terdekatnya, mantan menteri kabinet Pedro Pablo Kuczynski yang memperoleh 15,8 persen dukungan.
Kuczynski mencalonkan diri sebagai presiden pada 2011 dan menempati peringkat ketiga berada di belakang Fujimori dan presiden Peru saat ini Ollanta Humala yang diusung Partai Nasionalis.
Setelah Fujimori dan Kuczynski, tempat ketiga diduduki Alan Garcia yang pernah dua kali menjadi presiden pada periode 1985-1990 dan 2006-2011.
Garcia mendapat 7,8 persen dukungan, lebih baik dibandingkan mantan Presiden Alejandro Toledo (2001-2006) yang memperoleh 5,3 persen dukungan. Tertinggal jauh di posisi keenam yakni kadidat dari Partai Nasionalis, Daniel Urresti dengan 3,1 persen dukungan.
Ayah Keiko, Alberto Fujimori (1990-2000), dijatuhi hukuman penjara pada 2009 atas tuduhan korupsi dan pelanggaran HAM selama perang internal Peru antara kelompok sayap kiri Shining Path dan pemberontak Tupac Amaru. Sebagai agronom terlatih, Fujimori adalah putra imigran dari Jepang.
Selama kepemimpinan Fujimori, Keiko menjalani peran sebagai Ibu negara Peru ketika ayahnya menceraikan ibunya. Pada pemilu 2011 saat Keiko kalah dari Humala, ia berjanji akan mengampuni ayahnya jika terpilih sebagai presiden.
Namun, sejauh ini dia belum menyinggung tentang pengampunan. Keiko bahkan mengomentari kesalahan dan kejahatan yang terjadi selama kepemimpinan ayahnya.
Keiko Fujimori juga mendukung hubungan sesama jenis, topik utama di Peru saat ini, namun menentang pasangan sesama jenis menikah dan mengadopsi anak.
Jajak pendapat CPI juga menunjukkan Humala mendapat pukulan keras dengan tingkat penolakan 84,4 persen. Sedangkan istrinya, Nadine Heredia yang memimpin Partai Nasionalis memperoleh 82,6 persen tingkat penolakan.
Survei nasional yang diikuti oleh 1.450 orang dan diselenggarakan pada 5-9 Oktober itu memiliki margin kesalahan 2,6 poin.