REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia berjanji mengejar keadilan setelah penyelidikan yang dipimpin Belanda menemukan maskapai MH17 ditembak jatuh dengan rudal buatan Rusia di wilayah berkecamuk di timur Ukraina.
"Kami tidak akan diganggu oleh siapapun. Kami akan terus mengejar keadilan bagi mereka yang ada dalam MH17," kata Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop pada radio lokal, Rabu (14/10).
Diantara 298 penumpang dan kru pesawat yang tewas dalam penerbangan rutin Malaysia Airlines dengan rute Amsterdam-Kuala Lumpur pada 17 Juli 2014 itu, 38 orang merupakan warga Australia.
Meskipun penyelidikan tidak mengatakan siapa yang menjadi pemicu, beberapa negara termasuk Australia, Inggris, Prancis dan AS menuduh pemberontak separatis pro-Rusia yang melakukan kekejaman itu.
Namun, Rusia membantah keterlibatan mereka dan menyalahkan militer Ukraina.
Pada Juli, Rusia melarang resolusi PBB untuk membentuk pengadilan khusus bagi mereka yang menembak jatuh pesawat, namun Bishop mengatakan perjuangan untuk memastikan kebenaran akan tetap berlanjut.
"Rusia berusaha mendiskreditkan penyelidikan. Akan membutuhkan beberapa bulan untuk mendapatkan kebenaran. Protes dari Rusia tidak mengherankan, namun kami tidak akan goyah dalam upaya kami mendapat keadilan," kata dia.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menyambut baik laporan Dewan Keamanan Belanda sambil terus memfokuskan pikirannya pada orang-orang terkasih dan keluarga korban.
"Perhatian dan doa kami bersama keluarga dan orang-orang terkasih dari korban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. Saya mengerti ini adalah waktu yang sangat menyedihkan bagi mereka yang kehilangan orang-orang terkasih mereka dalam penerbangan MH17," katanya dalam sebuah pernyataan.