REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Sedikitnya tujuh orang tewas dalam penembakan dan serangan granat pada Selasa (13/10) di ibu kota Burundi. Warga lingkungan Ngagara mengatakan, dua petugas kepolisian dan seorang juru kamera televisi juga keluarga mereka termasuk di antara korban tewas.
Korban yang diidentifikasi sebagai juru kamera adalah Christophe Nkezabahizi yang bekerja untuk RTNB radio dan televisi yang dikelola negara. Menurut saksi, ia ditembak mati bersama dengan istri dan dua anaknya.
"Polisi menemukan dia (Christophe) dengan seluruh keluarganya di rumah (dan), membunuhnya bersama orang lain yang mencoba melarikan diri dari penembakan," kata seorang tetangga dan rekan yang meminta agar namanya tidak dipublikasikan.
Warga Ngagara lain mengatakan dua polisi tewas dalam serangan granat. Rekan-rekan mereka kemudian ditembak mati para penyerang sebagai pembalasan.
Dalam siaran di radio yang dikelola negara, Deputi Juru Bicara Kepolisian Pierre Nkurikiye mengonfirmasi kematian juru kamera televisi, seorang petugas polisi dan lima "penjahat", tapi tidak menyebutkan keluarga juru kamera. Dia mengatakan salah satu perwira polisi terluka dalam serangan granat.
Aktivis dan pihak berwenang telah melaporkan sejumlah pembunuhan yang seperti di sengaja. Tragedi ini termasuk dalam serentetan kekerasan menyusul pemilihan Presiden Pierre Nkurunziza untuk masa jabatan ketiga. Afrika tengah terlempar ke dalam krisis sejak April ketika rencana Nkurunziza untuk tetap di kantor memicu protes dan kudeta.
Nkurunziza akhirnya memenangkan suara yang diperselisihkan. Tetapi ketegangan tetap tinggi di Bujumbura dengan sering terjadinya bentrokan antara pasukan keamanan dan warga di anti-Nkurunziza.
Akhir bulan lalu, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Zeid Ra'ad Al Hussein mengatakan kekhawatiran terus meningkat. Pasalnya jumlah pembunuhan dan penangkapan di Burundi setelah presiden dilantik untuk masa jabatan ketiganya terus meningkat.