REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Para ilmuwan memprediksi hutan bakau yang berada di kawasan Indo-Pasifik akan tenggelam seluruhnya pada 2070. Hal ini diungkapkan oleh peneliti dari University of Queensland, Rabu (14/10).
Menurut mereka, hal tersebut mengancam dunia perikanan, perlindungan pantai dan perubahan iklim. Meski demikian, tidak semua hutan mangrove akan terendam di bawah air di masa depan. Prospek di belahan dunia lain lebih positif.
"Model kami menunjukkan mangrove cenderung bertahan di timur Afrika, Teluk Benggala, Kalimantan timur dan utara-barat Australia," kata pemimpin peneliti Queensland University Profesor Ilmu Biologi, Catherine Lovelock, dikutip Xinhua.
Timnya menggunakan perhitungan kenaikan permukaan laut dengan pemodelan Lovelock menggunakan data dari 27 situs jaringan internasional. Penelitian telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature pada Kamis.
Laporan menunjukkan mangrove intertidal di Thailand, sebagian dari Indonesia, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon akan terendam dalam 45 tahun ke depan. Lovelock mengatakan ini sangat mengkhawatirkan mengingat wilayah Indo-Pasifik memegang sebagian besar hutan bakau di dunia.
Menurutnya, perendaman mangrove dapat membawa efek signifikan pada ekonomi. Hal itu mengingat hutan mangrove bernilai 194 ribu dolar AS per hektare per tahunnya untuk jasa ekosistem mereka pada perikanan, perlindungan pantai dan penyerapan karbon.
Lovelock mengatakan daerah dengan tanah lahan basah dan pertambahan sedimen memiliki potensi besar untuk menghindari penenggelaman. Sehingga bisa memperlambat kenaikan permukaan laut. Rencana pengurusan hal ini di daerah yang paling terkena dampak sangat diperlukan.
Degradasi hutan di wilayah Indo-Pasifik juga harus dihentikan karena hal itu mengurangi input organik pada tanah yang penting untuk kelangsungan hidup mangrove.