REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sejumlah menteri utama Israel pada Kamis (15/10) mengecam pernyataan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, yang mengingatkan Israel tidak menggunakan kekerasan berlebihan untuk menangani gelombang penusukan dari warga Palestina.
Menteri Pertahanan Moshe Yaalon menuding Washington salah memahami keadaan sengketa Israel dengan Palestina dan menegaskan penembakan terhadap warga Palestina pembawa pisau adalah tindakan membela diri.
"Apa benar kami menggunakan kekerasan berlebihan? Jika kami menembak mati seseorang pembawa pisau, apakah hal tersebut merupakan kekerasan berlebihan? Sebenarnya apa yang (Amerika Serikat) mereka maksudkan?" kata Yaalon saat diwawancarai Army Radio.
Yaloon bahkan meminta agar warga Israel membawa senjata api yang mereka miliki untuk melindungi diri.
"Bagi mereka yang tidak punya senjata api, bawalah apapun yang bisa digunakan untuk mengusir para pelaku penusukan," kata dia.
Menteri Keamanan Umum Gilad Erdan menyebut pernyataan Amerika Serikat bodoh.
Saat menanggapi pernyataan keras anggota kabinetnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dikabarkan langsung memerintahkan pejabat tidak lagi mengeluarkan pernyataan yang dapat memperburuk hubungan Israel dengan Amerika Serikat.
Dalam dua pekan belakangan, tujuh warga Israel dan 32 orang Palestina tewas, termasuk di antaranya adalah 10 pelaku penusukan, beberapa anak, dan juga sejumlah demonstran yang ditembak mati.
Gelombang kekerasan tersebut dimulai akibat perebutan tempat ibadah Masjid Al Aqsa di Yerusalem yang sama-sama dianggap suci baik oleh Islam maupun Yahudi.
Pada Rabu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat John Kirby menegaskan meskipun Israel mempunyai hak melindungi warganya, negara tersebut tetap tidak boleh menggunakan cara kekerasan yang berlebihan.
"Kami telah melihat beberapa laporan yang bisa dinilai sebagai penggunaan kekerasan yang berlebihan. Tentu saja kami tidak menyukai hal tersebut," kata Kirby.
Mengenai pemblokiran jalan sekitar pemukiman Palestina di Yerusalem Timur, Kirby bahwa kebijakan tersebut harus bersifat sementara jika memang harus dilakukan.
Tanggapan Kirby itulah yang kemudian ditanggapi dengan keras oleh pejabat Israel.