REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menawari Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk berbicara menenangkan gelombang kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini.
Netanyahu mengatakan, dia sangat terbuka bertemu dengan pemimpin Palestina yang mungkin berguna.
"Sekarang kita bisa berbicara dan bertemu, saya tidak punya masalah dengan itu. Kami akan segera menghentikan gelombang hasutan dan serangan terhadap Israel," kata Netanyahu dalam konferensi pers seperti dikutip dari laman BBC, Jumat (16/10).
Namun, ia melanjutkan, Abbas enggan untuk bertemu dengannya. Netanyahu mengatakan, ia juga bersedia untuk berunding dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Raja Yordania Abdullah untuk berbicara meredakan ketegangan. Ketegangan antara Israel dan Palestina telah dipicu oleh bentrokan di Yerusalem, di Tepi Barat, dan di seberang perbatasan Gaza, hingga gelombang penusukan.
Serangan yang terjadi hampir setiap hari membuat tujuh warga Israel tewas dan puluhan terluka selama dua pekan terakhir. Selain itu, sedikitnya 30 warga Palestina tewas dalam kekerasan baru-baru ini.
Pemimpin Palestina sebelumnya mengatakan, pihaknya tidak akan kembali ke perundingan dengan Israel kecuali Yahudi menghentikan pembangunan permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Israel telah membangun lebih dari 100 pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur karena menduduki wilayah tersebut saat perang 1967. Pemukiman ini dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional.
Pemimpin Palestina menyatakan, tindakan keamanan Israel bisa memicu konflik agama yang akan membakar segalanya. Aktivis Human Rights Watch juga mengutuk langkah-langkah Israel, dengan mengatakan mereka melanggar hak kebebasan bergerak semua warga Palestina.