Sabtu 17 Oct 2015 13:12 WIB

Kisah Alumni Prancis asal Palestina yang Terbunuh di Tangan Israel

Seorang pria yang terluka dalam bentrokan dengan tentara Israel di perbatasan Israel Kota Gaza, Jumat, 9 Oktober, 2015.
Foto: AP
Seorang pria yang terluka dalam bentrokan dengan tentara Israel di perbatasan Israel Kota Gaza, Jumat, 9 Oktober, 2015.

REPUBLIKA.CO.ID,  YERUSALEM -- Beberapa pekan sebelum Israel menembaknya di bagian perut, Mutaz sempat memandangi lautan indah di utara Atlantik, Prancis. Saat itu ia tidak sendiri. Mutaz menikmati keindahan bersama dua temannya yang dari lain dari kamp pengungsi Duheisha, Murad Ouda dan Issa al-Saifi.

Bahkan saat hujan turun, mereka tetap pergi bermain di pantai tersebut. "Terkadang hanya duduk dan melihat lautan. Karena kami tahu kita tidak akan melihatnya lagi," ujar Issa kepada Maan News.

Tiga pemuda Palestina itu menghabiskan dua bulan di Prancis, Mereka ikut dalam program pendidikan yang diadakan oleh Duheisha.  Namun saat kericuhan di wilayah pendudukan Palestina pecah, ketiganya sudah tak sabar lagi untuk pulang ke kampung halaman. Mereka ingin membela tanah air Palestina dari ulah keji Israel.

Di tempat terpisah, saudara lelaki Mutaz, Ghassan, terus melakukan aksi mogok makan di penjara Israel. Ia memprotes aksi penangkapan semena-mena Zionis yang dilakukan tanpa dakwaan.

Ketiga pemuda Palestina itu kemudian pulang, dan beberapa hari setelah itu, Ghassan mengakhiri aksi mogok makan usan Israel setuju untuk membebaskannya pada November.

Namun Ghassan sepertinya tidak akan melihat Mumtaz lagi. Pada 13 Oktober, saat demonstrasi di dinding pemisah utara Behtlehem, Mutaz ditembak mati. Ia menjadi warga Palestina ke-30 yang tewas di tangan aparat Zionis.  

Mutaz menjadi satu dari ribuan pemuda Palestina yang sudah tidak tahan lagi dengan aksi penjajahan Zionis. Bersama demonstran Palestina lainnya, ia ikut melempar batu ke aparat Israel.

sumber : Maannews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement