Ahad 18 Oct 2015 12:40 WIB

Rusia akan Bentuk Pasukan Gabungan dengan Negara Eks-Soviet

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Dwi Murdaningsih
Tentara koalisi NATO di Afghanistan
Tentara koalisi NATO di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, ASTANA -- Rusia mengajukan pembentukan pasukan gabungan dengan negara-negara mantan Soviet untuk melindungi perbatasan Asia Tengah dari ancaman kelompok ekstrimis dari Afganistan, Sabtu (17/10). Pasukan gabungan tersebut mirip atau hampir serupa dengan model pasukan NATO.

Pembentukan merupakan gagasan utama dari Presiden Rusia, Vladimir Putin. Usulan militer ini memungkinkan penempatan pasukan di perbatasan sepanjang 800 mil antara Tajikistan dan Afganistan.

Hal ini sekaligus bagi Rusia untuk meningkatkan pengaruhnya pada pemerintahan Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan. Pengumuman Putin muncul satu hari setelah Presiden AS Barack Obama mengatakan pasukan Amerika akan tinggal di Afganistan hingga dua tahun kedepan.

"Situasi di sana (Afganistan) sangat dekat dengan kritis," kata Putin dalam konferensi mantan negara Soviet di Burabay, Kazakhztan. "Teroris dari garis yang berbeda semakin berpengaruh di sana, dan tidak bisa menyembunyikan rencana penyebaran mereka," kata Putin.

Ia menuduh tujuan mereka adalah untuk memecah wilayah Asia Tengah. Putin tidak menjelaskan lebih lanjut terkait pasukan gabungan tersebut.

Pasukan Rusia sebenarnya memegang tanggung jawab di perbatasan Tajikistan hingga tahun 2005. Namun mundur ketika pakta yang memerintahkan tanggung jawab tersebut habis. Putin mengatakan Rusia akan mengembalikan keberadaan militer mereka di Tajikistan.

Kremlin menyatakan kekhawatiran setelah Taliban menyerang kota Kunduz di Afganistan yang tidak jauh dengan perbatasan Uzbekistan. Taliban mengambil alih Kunduz dalam tiga hari sebelum dipukul mundur kembali oleh pasukan Afganistan yang dibantu serangan udara Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement