Senin 19 Oct 2015 12:36 WIB

Israel Larang Pekerja Arab Masuki Sekolah di Tiga Kota Besar

Seorang ibu mengantarkan anaknya ke sekolah di Ra'anana, Israel.
Foto: haaretz
Seorang ibu mengantarkan anaknya ke sekolah di Ra'anana, Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ibu kota komersial Israel, Tel Aviv, dan tiga kota besar lagi telah melarang pekerja Arab memasuki sekolah, dengan alasan keamanan di tengah gelombang terbesar serangan oleh orang Palestina dalam bertahun-tahun.

Di Kota Rehovot di Israel Tengah, kepala keamanan kotapraja mengatakan di dalam surat kepada warga bahwa 'anggota minoritas' takkan diizinkan memasuki lembaga pendidikan, istilah yang umum digunakan oleh Israel untuk menyebut warga Arab, yang merupakan seperlima dari penduduk negeri itu.

Surat tersebut juga menjelaskan larangan itu akan diberlakukan hanya selama jam pelajaran, saat anak-anak berada di sekolah, demikian laporan Xinhua--yang dipantau Antara di Jakarta, Senin (19/10) pagi.

Kota Praja Tel Aviv dan daerah pinggirannya--Hod Hasharon dan Ness Tziona--telah mengeluarkan pengumuman serupa di surat dan jejaring mereka, tapi menghindari penyebutan 'orang Arab' secara langsung.

Dengan alasan keamanan, semua pemerintah kota praja tersebut mengatakan pekerja kebersihan dan pekerja pemeliharaan akan dilarang masuk selama jam pelajaran. Warga Arab merupakan mayoritas tenaga kerja di Israel.

"Mengingat situasi yang sensitive, pemerintah kota praja telah memutuskan untuk tidak mengizinkan kontraktor/pekerja, baik Yahudi maupun Arab, untuk memasuki lembaga pendidikan dengan tujuan kegiatan rutin di sekolah," kata Pemerintah Kota Praja Tel Aviv di dalam satu pernyataan. "Pekerja kontrak bisa melakukan pekerjaan seperti biasa, setelah berakhirinya pelajaran," tambahnya.

Radio Israel melaporkan tindakan serupa juga dilakukan oleh beberapa sekolah di Yerusalem, tempat sebagian besar aksi penikaman telah terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement