REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Belgia didesak agar mengembangkan rencana baru nasional untuk menurunkan jumlah warga Belgia yang pergi untuk berperang di Suriah dan Irak, demikian laporan media setempat pada Ahad (18/10), dengan mengutip laporan terkini PBB.
Harian berbahasa Flemish, Het Nieuwsblad, mengatakan sekelompok ahli internasional dari satu Kelompok Kerja PBB mengenai pemanfaatan prajurit bayaran berada di Belgia selama lima hari pekan lalu.
Mereka mengadakan pertemuan dengan wakil dari pemerintah, polisi dan keluarga orang yang telah bergabung untuk terjun ke dalam konflik tersebut, dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai petempur itu.
Menurut temuan awal, rata-rata usia seorang petempur yang pergi ke Suriah dari Belgia sekitar 23 tahun dan lebih muda lagi. Studi tersebut mendapati perempuan juga pergi dalam jumlah yang jauh lebih banyak.
"Jumlah petempur asing dari Belgia dilaporkan yang paling banyak di Eropa di kalangan mereka yang pergi untuk bergabung dalam konflik di luar negeri seperti di Suriah dan Irak. Keperluan untuk menanggulangi masalah ini melalui upaya kolektif yang aktif, yang melibatkan semua lapisan masyarakat Belgia, sangat penting dalam mencari penyelesaian bagi fenomena ini," ujar ahli hak asasi manusia Elzbieta Karska, yang memimpin kelompok ahli itu.
Laporan awal tersebut mendapati sebanyak 500 orang Belgia telah pergi ke Irak atau Suriah untuk berperang. Secara keseluruhan, 46 petempur asing telah dihukum. Semunya berkaitan dengan kelompok Sharia4Belgium.
Kelompok itu berencana mengajukan laporan pertamanya mengenai masalah petempur asing ke Sidang Majelis Umum PBB pada 2 November. Laporan yang lebih menyeluruh mengenai temuan di Belgia tersebut akan diserahkan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 2016.