Senin 19 Oct 2015 16:09 WIB

Warga Palestina yang Semakin Terkucil di Tanah Sendiri

Kota Tua Yerusalem, lokasi Masjid Al-Aqsa berada.
Foto: AP
Kota Tua Yerusalem, lokasi Masjid Al-Aqsa berada.

REPUBLIKA.CO.ID,  YERUSALEM -- Warga Palestina di wilayah pendudukan Israel di Yerusalem harus menemui realitas baru. Israel semakin menyudutkan mereka dengan menutup atau membatasi akses masuk dan keluar wilayah permukiman Arab.

Tentara Israel memblokir jalan dengan batu beton seukuran mesin cuci, Ahad (18/10). Tak hanya itu, aparat Israel juga memeriksa dengan ketat barang bawaan, termasuk pakaian warga untuk memastikan tidak ada pisau yang dibawa.

Keputusan ini diambil Israel menyususl aksi serangan pisau sporadis yang dilakukan pemuda Palestina. Serangan dilakukan di tengah ketegangan di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem.

"Mereka ingin memalukan kami," ujar Taher Obeid, warga Arab Palestina yang bekerja sebagai petugas kebersihan di Univeritas Hebrew, Yerusalem.

Warga Arab juga meyakini, jika blokade ini akan semakin menyulut aksi kekerasan, dan menambah panjang aksi diskriminasi Israel terhadap mereka.

Pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, kebijakan ini hanya sementara.  Jumlah warga Arab Palestina yang tinggal di Yerusalem tidak sedikit. Jumlahnya mencapai lebih dari sepertiga dari total populasi.

Sejumlah kritikus di internal Israel mengatakan, Netanyahu secara efektif memisahkan kota ini berdasarkan etnis dengan langkah keamanan yang ia ambil. 

Saksi mengatakan, beton-beton tersebut mencapai tinggi dua meter.  Beton di taruh di jalan dekat permukiman ilegal Israel Armon Hanatziz. 

Penduduk di Jabal al-Mukabbir mengatakan, Rabu pekan lalu, Israel menutup semua akses dengan blok semen dan membangun pos pemeriksaan di pintu masuk.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement