Senin 19 Oct 2015 16:19 WIB

RI-Cina Patroli Bersama di Laut Cina Selatan

Rep: Agus Raharjo/ Red: Teguh Firmansyah
Kapal keruk Cina terlihat di perairan sekitar Karang Mischief di Kepulauan Spartly, Laut Cina Selatan. Cina diduga sedang membangun landasan udara ketiga.
Foto: reuters
Kapal keruk Cina terlihat di perairan sekitar Karang Mischief di Kepulauan Spartly, Laut Cina Selatan. Cina diduga sedang membangun landasan udara ketiga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Ryamizard Ryacudu membantah Indonesia akan menggelar latihan perang bersama Cina di Laut China Selatan.

Menurut dia, kesepakatan antara RI dan China di Beijing beberapa hari lalu adalah soal patroli bersama di kawasan Laut China Selatan (LCS). Hal ini untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut.

Ryamizard mengatakan, Indonesia ingin membantu penyelesaian konflik di Laut Cina Selatan. Jadi, RI menyetujui untuk ikut membantu patroli bersama dengan Cina di kawasan tersebut.

"Bukan latihan perang, tapi patroli bersama, kita ingin membereskan Laut China Selatan," kata Ryamizard di kompleks parlemen Senayan, Senin (19/10).

Patroli ini, kata ia berbeda dengan latihan perang. Kalau latihan perang diperuntukkan untuk persiapan menghadapi peperangan. Sedangkan, patroli ini bertujuan untuk perdamaian.

Menurut Ryamizard, tidak ada yang salah demgan kerja sama patroli bersama ini dengan  hina. Dalam pembukaan UUD 1945, sudah jelas disebutkan, Indonesia ikut mensukseskan perdamaian dunia.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, TNI hanya akan melakukan kegiatan yang sejalan dengan kebijakan pemerintah. "TNI harus segaris dan mematuhi apa yang menjadi kebijakan pemerintah," ujar Gatot dijumpai di gedung parlemen, Jakarta, Senin (19/10).

Dia menjelaskan pemerintah RI secara tegas bertekad mewujudkan keamanan dan stabilitas. Pemerintah juga telah mengimbau semua elemen tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan di Laut Cina Selatan yang dapat meningkatkan tensi stabilitas.

"Artinya diajak negara manapun (latihan gabungan) di Laut Cina Selatan, demi meningkatkan stabilitas di sana sebaiknya TNI tidak melaksanakan itu," ujar Gatot.

Laut Cina Selatan menjadi wilayah sengketa antara Cina dengan sejumlah negara Asia Tenggara seperti Filipina, Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam. Berulangkali Cina terlibat pertikaian langsung dengan Filipina dan Vietnam.

Sementara AS cenderung membela sekutu mereka di kawasan, Filipina. Keduanya bahkan terlibat dalam latihan perang di kawasan itu.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement