REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pastor senior katolik Roma di Yerusalem Fouad Twal mengatakan, pembangunan dinding pemisah antara pemukiman Yahudi dan Arab di Yerusalem membuat sedih penduduk lokal. Kebijakan itu juga menodai Kota Suci.
"Kebijakan pemisahan Kota Suci ini hanya membuat akses ke situs-situs suci ini semakin sulit," ujar Twal di Vatikan seperti dikutip kantor berita Italia Fides.
Sebelumnya Israel memutuskan untuk membangun dinding pemisah antara pemukim Arab di Jabel Mukaber dengan permukiman Yahudi Armon Hanatziv. Kebijakan ini dilakukan menyusul ketakutan Yahudi akan serangan mendadak warga Palestina.
Setidaknya sembilan warga Israel terbunuh sejak kekerasan memanas awal Oktober lalu. Jumlah itu lebih kecil dibandingkan korban di sisi Palestina yang mencapai lebih dari 40 orang.
"Di negara demokratis, setiap pelaku kriminal dihukum lewat jalur hukum. Jika hakim sudah mengetuk palu maka semua pihak harus menerimanya. Saat ini, warga sipil di Israel telah diberikan lampu hijau untuk menembak. Ini merupakan tindakan ekstrayudisial," ujarnya.