REPUBLIKA.CO.ID, LJUBLJANA -- Parlemen Slovesia mengesahkan undang-undang lebih awal pada Rabu (21/10) yang akan memberikan kekuasaan lebih besar kepada tentara untuk membantu polisi melindungi batas negara pada saat ribuan imigran mengalir dari Kroasia setelah Hungaria menutup perbatasannya.
Undang-undang tersebut akan memperbolehkan tentara untuk mengendalikan perbatasan ketika tidak ada polisi yang hadir. Para tentara mulai membantu menjaga perbatasan pada Senin, namun sejauh ini hanya ketika ada polisi yang menjaga.
Lebih dari 20 ribu imigran telah sampai di Slovenia sejak Sabtu pagi untuk selanjutnya menuju Austria. Setidaknya 6.000 orang menghabiskan malam di pusat-pusat pengungsi Slovenia.
"(Pada Rabu) kami akan secara resmi meminta kepada Uni Eropa untuk memberikan bantuan finansial dan polisi," ujar Perdana Menteri Miro Cerar kepada media sebelum pemilihan di parlemen.
Partai yang beroposisi mengatakan pemerintah seharusnya mengikuti Hungaria dan memasang pagar di perbatasan Slovenia dengan Kroasia untuk mencegah para imigran memasuki negaranya.
Seorang pejabat dari Kementerian Dalam Negeri mengatakan kemungkinan untuk melindungi perbatasan dengan rintangan fisik tak dapat dihindarkan jika arus migran semakin besar.
Usaha Slovenia untuk membendung arus migran sejak Hungaria menutup perbatasannya dengan Kroasia pada Jumat telah menyebabkan efek lanjutan melalui Balkan, dengan ribuan imigran tertahan di perbatasan.
Setidaknya sekitar 12.100 migran saat ini berada di Serbia, ujar Perdana Menteri pada Sabtu. Sekitar 6.000 migran telah memasuki Austria dari Slovenia pada Selasa, ujar seorang juru bicara kepolisian di Provinsi Styria.
Dalam dua hari terakhir di Slovenia, yang memiliki dua juta jiwa penduduk dan merupakan negara terkecil di jalur imigran Balkan, telah mengirimkan 140 tentara menuju perbatasan untuk membantu polisi.