Kamis 22 Oct 2015 05:19 WIB

Padang Rumput Laut yang Rusak Lepaskan Karbon Purba

Taman rumput laut berfungsi sebagai habitat bibit ikan, siklus nutrisi, stabilisasi pantai serta mencegah erosi. Rumput laut juga menyerap dan menyimpan karbon lebih cepat daripada hutan tropis.
Foto: Peter Macreadie
Taman rumput laut berfungsi sebagai habitat bibit ikan, siklus nutrisi, stabilisasi pantai serta mencegah erosi. Rumput laut juga menyerap dan menyimpan karbon lebih cepat daripada hutan tropis.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kawasan padang rumput laut yang rusak ternyata melepaskan zat-zat karbon yang usianya telah ribuan tahun. Karbon yang selama ini terperangkap dalam pasir akhirnya terlepas akibat rusaknya rumput laut yang berfungsi sebagai penapis.

Hal ini terungkap dalam riset yang dilakukan tim peneliti Australia di kawasan padang rumput laut di Jervis Bay, New South Wales, yang pernah menjadi lokasi ujic oba seismik di 1960an.

"Kami menemukan di wilayah yang pernah terganggu itu, terjadi penurunan jumlah karbon organik sekitar 72 persen," jelas Dr Peter Macreadie, pakar ekologi kelautan dari Deakin University dan University of Technology, Sydney.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Royal Society journal Proceedings B ini menemukan perlindungan dan pemulihan kawasan rumput laut bisa menjadi strategi penting dalam mengatasi perubahan iklim.

Rumput laut tumbuhan bawah laut yang membentuk kawasan padang rumput di sepajang pantai di semua benua kecuali Antartika. Kawasan ini selain menjadi habitat ikan-ikan kecil, juga berfungsi menyerap zat karbon.

"Kita tahu rumput laut menyerap dan menyimpan karbon 40 kali lebih cepat dibandingkan hutan tropis," ujar Macreadie.

Dia menambahkan, rumput laut juga mampu menyimpan karbon lebih lama dibandingkan hutan.

"Kawasan rumput laut menyimpan zat karbon dalam ukuran ribuan tahun, dan akan bertahan terus kecuali anda merusak ekosistemnya," kata Macreadie.

Sebelum penelitian ini dilakukan, belum ada kepastian apakah zat-zat karbon purba akan terlepas kembali ke atmosfir jika kawasan rumput laut rusak. Macreadie dan timnya kemudian mengambil sampel perbandingan rumput laut di kawasan yang pernah rusak dan di kawasan yang tidak pernah dirusak manusia.

Ketika peneliti mengukur waktu sedimentasi, diketahui ada sedimen yang berkisar antara 1.300 hingga 3.000 tahun.

"Sekitar 50 persen kawasan rumput laut di dunia telah hilang sejak 1990an. Itu sama dengan ukuran dua lapangan bola setiap jam," katanya.

Penelitian terdahulu menunjukkan sekitar 50 persen karbon yang terserap oleh rumput laut berasal dari darat.

Dalam lima tahun terakhir semakin muncul kesadaran pentingnya kawasan rumput laut, rawa-rawa air asin, serta hutan bakau bagi siklus karbon di bumi.

"Kawasannya hanya sekitar satu persen dari seluruh wilayah laut, namun mampu menyerap hingga 70 persen karbon di lautan," kata Macreadie.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-10-21/padang-rumput-laut-yang-rusak-lepaskan-karbon-purba/1505682
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement