REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan Turki tidak senang dengan kunjungan Presiden Suriah Bashar al-Assad ke Moskow. AS bahkan menyindir Rusia telah menggelar karpet merah buat pemimpin rezim yang menggunakan senjata kimia untuk melawan rakyatnya.
Penggunaan senjata tersebut, kata Washington, jelas-jelas tidak selaras dengan keinginan Moskow membangun transisi politik di Suriah. "Kami memandang karpet merah menyambut Assad yang menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya, agak ganjil dengan keinginan Rusia mendorong transisi politik di Suriah," ujar juru bicara Gedung Putih Eric Schultz.
Assad berulangkali membantah penggunaan senjata kimia itu. Ia menilai tuduhan itu omong kosong. Kementerian Luar Negeri AS menambahkan, mereka mengaku tidak kaget dengan kunjungan Assad ke Moskow mengingat hubungan erat kedua negara.
Sementara itu, Perdana Menteri Turki Ahmed Davutoglu menyampaikan komentar sarkas ihwal kunjungan Assad itu. Ia mengatakan, Assad seharusnya tinggal di Moskow sehingga proses transisi bisa dimulai.
"Kalau saja ia bisa tinggal lebih lama di Moskow, sehingga memberikan kesempatan warga Suriah memperoleh bantuan; bahkan sebaiknya ia bisa tinggal di sana sehingga masa transisi bisa dimulai," ujar Davutoglu. Ia menegaskan, Turki tetap pada kebijakan semula. Assad tidak lagi memiliki masa depan di Suriah.